REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Roni Tabroni
(Sekretaris Lembaga Haji Muhammadiyah Jawa Barat)
Perjalanan sejarah peradaban selalu berjalan tanpa henti. Seperti halnya waktu yang tidak pernah bisa diam walaupun hanya sedetik. Seluruh kehidupan mengalami perubahan. Dengan kealamiahannya, perubahan menjadi identitas akan sebuah kehidupan. Artinya pula, perubahan menandai adanya kehidupan itu sendiri.
Di sini kita akan menemukan sebuah simpulan penting akan sebuah visi kehidupan yang tidak bisa dinafikan. Berfikir maju sebuah keniscayaan. Belajar dari sejarah hanya cermin untuk bergerak ke depan. Agar manusia tidak jatuh pada lubang yang sama. Atau mungkin juga mengulangi dan menambah nilai kesuksesan yang pernah diraihnya. Intinya, penting sekali belajar sejarah, karena kehidupan harus tetap menatap ke depan.
Berkemajuan yang dicanangkan Muhammadiyah pada Muktamar tahun 2015 ini, yang kemudian diadopsi oleh permusyawaratan di tingkat bawahnya (Muswil, Musda, dan Muscab), menjadi mainstream gerakan yang perlu dipahami bersama. Berkemajuan bukan jargon tentunya. Berkemajuan adalah sebuah komitmen gerakan. Muhammadiyah tidak terbiasa dengan slogan-slogan tanpa makna. Membangun gerakan sejak awal kelahirannya Ahmad Dahlan dilakukan dengan aksi, bukan mainan kata-kata.
Tidak aneh jika kini dalam perjalanan sejarah Muhammadiyah, salah satu yang sulit dicari adalah rangkaian kalimat yang tertuang dari tangan Ahmad Dahlan. Namun publik akan sangat mudah belajar bagaimana Ahmad Dahlan melakukan dakwahnya lewat perbuatan nyata. Membangun spirit kemuhammadiyahan, Dahlan memulainya dengan aksi. Dia tidak suka dengan ledakan-ledakan kata dan tulisan puitis yang menghipnotis orang, setelah itu kemudian tenggelam tak berbekas.
Namun Dahlan lebih suka bergerak dalam kesenyapan untuk melakukan sesuatu yang kecil tetapi berbekas panjang. Di tengah hingar bingar publik, kemudian karya Dahlan menyumpal kebisingan. Semua orang tertegun, dan akhirnya semua baru paham. Ternyata Dahlan berbuat sesuatu yang kemudian orang mengamininya.
Karyanya yang kontroversial pada masa itu, memberikan pelajaran yang tidak mudah dipahami pada massanya. Di sini kita menyaksikan bagaimana sebuah visi gerakan yang tidak mudah dipahami oleh masyarakat pada zamannya. Berfikir dan berbuat sesuatu yang futuristik adalah karakter Dahlan. Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat orang paham apa yang difikirkan dan diperbuat Dahlan.
Inilah yang membuat Muhammadiyah semakin “seksi” di mata peradaban ini. Artinya, berkemajuan bukanlah jargon baru bagi Muhammadiyah. Sejak awal dilahirkan, Muhammadiyah sudah terbiasa dengan gerakan berkemajuan. Lalu apa pentingnya jargon itu untuk saat ini? Pertanyaan ini menjadi otokritik yang memerlukan refleksi mendalam tentang keberadaan kita di dalam tubuh Muhammadiyah.
Mengapa kita harus diingatkan oleh sejarah, dimana Dahlan sudah melakukannya lebih dari seratus tahun lalu? Maka ketika kita terbelalak dengan jargon berkemajuan, maka sesungguhnya kita sedang fokus pada kata-kata. Lalu mainstream gerakan Muhammadiyah yang sudah berkemajuan sejak awal itu seperti sulit direfleksikan lagi.
Maka pantas akhir-akhir ini banyak pihak yang melihat Muhammadiyah hanya terjebak pada rutinitas. Rutinitas artinya mengulangi aktivitas yang sama. Yang terkadang menjadi kebanggan juga paling hanya penambahan aset. Dan itu pun untuk kategori aktivitas yang sama.
Berkemajuan bermakna futuristik. Melakukan sesuatu yang berorientasi ke depan. Bukan mengulang perbuatan yang sama, atau melakukan duplikasi amal yang sama. Berkemajuan memberikan makna visi yang jauh ke depan. Namun, dalam gerakannya pula, berkemajuan harus diimbangi oleh sebuah amal yang melekat di dalamnya tanda-danta kemajuan zamannya. Bukan lagi bertapak pada tanah yang sama, yang sesungguhnya sudah usang.
Keberimanan terhadap teknologi misalnya, memberikan makna berkemajuan dalam berbagai hal. Walaupun tetap mengagungkan makna kemanusiaan yang tidak pernah tergantikan, Muhammadiyah akan mengadopsi teknologi untuk memasifkan makna dakwah yang universal. Dakwah yang tidak lagi mengunyah-ngunyah wacana lama yang tidak mencerahkan bahkan cenderung mendegradasi makna kemanusiaan.
Memadukan antara teknologi, metode gerakan, dan cara berfikir tentang kemanusiaan, akan memberikan makna berkemajuan dengan pola yang lebih modern. Keberpihakan Muhammadiyah sudah jelas sejak awal yaitu pada pengembangan kemanusiaan untuk membangun peradaban yang lebih baik.
Muhammadiyah tidak pernah tersekat dalam tafsir sempit, tidak pernah tabu dengan kemajuan, dan tidak takut untuk selalu menciptakan metode baru dalam berdakwahnya. Jargon berkemajuan akan menjadi persoalan, jika kini para elit, kader, dan simpatisannya terjebak pada romantisme masa lalu dengan melakukan duplikasi gerakan lama. Berkemajuan juga hanya akan menjadi kata-kata yang tertera dalam spanduk dan lembaran kertas, jika kita di sini, hanya berebut pepesan kosong yang jauh dari makna berkemajuan.
Kata berkemajuan menjadi tidak penting jika kita tidak pernah melakukan refleksi ke dalam, tidak berfikir ke depan, tidak pernah mengadopsi kemajuan zaman, juga tidak berusaha mencari metode dakwah baru. Lalu apakah kita masih pantas mendeklarasikan “Muhammadiyah berkemajuan?” Al ilmu Minallah