REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rudi Agung P. Jurnalis (penulis sejumlah buku antologi)
Isu lesbi, gay, biseksual, dan transgender atau LGBT dari tahun ke tahun terus saja menggelinding. Isu ini selalu menjadi bola liar nan panas yang selalu mendapat sorotan banyak pihak.
Tak terkecuali sekarang ini. Namun, seperti isu lain, pro-kontra juga ikut bermunculan. Lalu, timbul tenggelam. Begitu seterusnya. Tak pernah selesai. Lantas, bagaimana sebenarnya geliat perkembangan LGBT di Indonesia dari masa ke masa?
Literasi tentang LGBT terserak di mana-mana. Namun, bisa dibilang teramat jarang yang mengungkap progres sejarah LGBT dan sumber dananya. Terbanyak, justru propaganda LGBT, yang tentu saja ditulis pelaku atau pendukung LGBT.
Pada tulisan ini, saya mencoba menuliskan sekelumit informasi dari sumber mantan pelaku lesbi sekaligus literasi yang dibuat pihak LGBT sendiri, laporan dialog nasional mereka.
LGBT di Indonesia setidaknya sudah ada sejak era 1960-an. Ada yang menyebut dekade 1920-an. Namun, pendapat paling banyak menyebut fenomena LGBT ini sudah mulai ada sekitar dekade 60-an. Lalu, ia berkembang pada dekade 80-an, 90-an, dan meledak pada era milenium 2.000 hingga sekarang.
Jadi, secara kronologis, perkembangan LGBT ini sesungguhnya telah dimulai sejak era 1960-an. Kalau dulu terkenal Sentul dan Kantil, kini sebutannya adalah Buci dan Femme.