REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Shamsi Ali (Presiden Nusantara Foundation)
Bagi banyak kalangan, ada kejutan-kejutan (surprises) yang terjadi pada pemilu Amerika kali ini. Di kedua kubu Demokrat dan Republik, kejutan itu membuat banyak orang terheran, bahkan bingung. Bagi sebagian orang, pemilu kali ini, khususnya di kubu Republik, bagaikan sandiwara dan mainan.
Dengan hampir berakhirnya perhitungan suara dari pemilihan penjaringan calon, atau yang biasa disebut "Super Tuesday", tampaknya kedua kubu sudah sudah hampir bisa menentukan calon masing-masing untuk maju ke pemilu. Dari Demokrat kemungkinan besar Hillary Clinton. Dan, dari Republik akan diwakili oleh Donald Trump.
Sosok Donald Trump
Ketika Donald Trump memulai kampanyenya, banyak yang menganggapnya sebagai mainan. Donald tidak saja diragukan kemampuannya oleh khalayak banyak, tapi juga dibenci karena sikapnya yang arogan dan rasis.
Ternyata, dalam perjalanannya, Donald Trump berhasil menjual isu kebencian, rasisme, dan diskriminasi terhadap nonkulit putih Amerika. Kandidat ini menjadi populer karena sikapnya yang menimbulkan kemarahan banyak orang. Bahkan, ia tampak selalu cuek dan tidak peduli, bagaikan bermain game dan tidak serius.
Kendati berbagai pernyataannya yang menyakitkan banyak kalangan, termasuk Afro, Hispanic, Muslim, bahkan Yahudi, dari hari ke hari Donald semakin populer. Bahkan, ia berhasil membangun jaringan "anti non-White", khususnya Muslim, Hispanic dan Afro Amerika.