Rabu 20 Apr 2016 05:30 WIB

Jangan Bikin Rasul Tambah Sedih

Red: M Akbar
Soenarwoto Prono Leksono
Foto: istimewa
Soenarwoto Prono Leksono

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: H. Soenarwoto Prono Leksono (Penulis tinggal di Madiun, Jawa Timur)

City tour di Kota Madinah Al-Munawaroh. Kali pertama ketika rombongan jamaah umrah berangkat city tour di kota ini setelah mengajak doa safar dan bersholawat, mutawif kami dari atas bus selalu menunjukkan Masjid Ijabah, yang lokasinya berada di seberang Makam Baqi.

Masjid Ijabah memiliki sejarah penting bagi umat muslim. Dulu, di masjid kecil ini Nabi Muhammad SAW pernah berdoa tentang tiga hal besar untuk umatnya yang amat dicintainya (kaum muslim).

Doa pertama, Rasul memohon agar Allah SWT tidak menimpakan bencana kelaparan kepada umatnya. Doa kedua, memohon agar tidak ditimpakan bencana kemiskinan. Doa ketiga, memohon agar tidak ditimpakan bencana perpecahan di antara umatnya.

Allahu Akbar. Mulia sekali hati baginda Rasul. Beliau tidak ingin umatnya ditimpakan bencana kelaparan, kemiskinan, dan perpecahan. Namun, tidak semua permohonan Rasul tersebut dikabulkan oleh Allah SWT.

Hanya dua yang dikabulkan. Yakni, umatnya tidak akan ditimpakan bencana kelaparan dan tidak ditimpakan bencana kemiskinan (senyampang giat berikhtiar atau berusaha). Sementara untuk permohonan ketiga tidak dijawab-Nya. Entahlah. Ini rahasia Allah SWT.

Toh, meski umatnya dijamin tidak ditimpakan bencana kelaparan dan kemiskinan, tapi hati Rasul tetap sedih. Sebab, permohonan untuk umatnya agar tidak ditimpakan perpecahan tidak dijawab-Nya. Rasul sedih sekali.

Saking sedihnya beliau sampai meneteskan air mata saat berdoa di Masjid Ijabah ini. Kiranya itu pula yang membuat hati Rasul teramat sedih hingga dibawanya sampai akhir hayat. Wafat. Beliau menyedihkan umatnya yang nanti bakal ditimpa bencana perpecahan sepeninggalnya.

Inilah rintihan kesedihan Rasul menjelang wafatnya yang menggetarkan sekaligus mengharukan itu; ummati, ummati, ummati...(umatku, umatku, umatku...).

Dalam rintihan itu, bukan istri-istrinya yang dicemaskan. Bukan pula anak-cucunya yang dikhawatirkan. Dan bukan pula para sahabat serta kerabatnya yang ditakutkan kelangsungannya nanti.

Akan tetapi, umatnya secara luas di segenap penjuru dunia dan bahkan mereka yang hidup bukan pada zamannya. Termasuk kita yang hidup di zaman sekarang ini yang dicemaskan oleh baginda Rasul.

Sebab, beliau tahu bahwa sepeninggalnya nanti umatnya bakal terpecah belah. Umatnya akan terbagi menjadi banyak golongan. Terkotak-kotak; berbeda madzabnya, ormasnya, dan berbeda warna bendera politiknya.

Dan masing-masing golongan itu akan saling mengklaim dirinya sebagai golongan yang paling benar, paling punya hak, paling hebat, dan paling super. Mereka saling berebut unggul di antara yang lainnya.

Dan, acap perpecahan itu kian menganga ketika mereka sudah saling berebut harta dan tahta; uang dan kekuasaan. Seperti yang terjadi saat ini, di abad ini. Mereka berebut urusan dunia.

Mereka seakan tidak sadar bahwa manusia itu hanya sekadar dalam proses menuju kebenaran-Nya. Yang Maha Benar adalah Al-Haqq; Allah SWT.

Untuk ini, mari wahai saudaraku yang mencintai Rasul dan mengharap safaatnya, janganlah kita suka membuka ruang perpecahan. Sekecil apa pun, dan dengan alasan apa pun. Mari kokohkan tali silaturahmi di antara kita. Sesama muslim adalah saudara.

Dan perpecahan di antara kita itu, hanya akan membuat Rasul bertambah sedih. Allahumma Shalli alaa Sayyidinaa Muhammad Wa'alaa aali Sayyidinaa Muhammad.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement