Rabu 20 Apr 2016 15:51 WIB

Menelisik Gempa Ekuador

Red: M Akbar
Irwan Meilano
Foto: istimewa
Irwan Meilano

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Irwan Meilano (Pakar Gempa Institut Teknologi Bandung/ITB)

Gempa Ekuador M7.8 terjadi pada 16 April 2016 pukul 18:58 waktu setempat. Gempa tersebut disebabkan oleh pergeseran vertikal pada bidang subduksi antara lempeng Nazca dan lempeng Amerika selatan.

Kecepatan lempeng Nazca yaitu 61 mm/tahun dan berpotensi menghasilkan gempa dengan magnitud lebih dari 7,5 tengan periode ulang 100-250 tahun.

Berdekatan dengan lokasi gempa pada 16 April lalu, pernah terjadi juga gempa dengan magnitud M8.8 pada 1906. Akibat gempa pada saat itu adalah jatuhnya korban meninggal lebih dari 1000 jiwa.

Berkaitan dengan gempa Ekuador tersebut, berikut ini bebera faktor yang menyebabkan kenapa banyak kerusakan serta korban akibat gempa ini :

1. Magnitud gempa yang besar M7.8.

Dengan magnitud ini maka gempa memiliki kekuatan kira-kira 6 kali gempa di Jepang (M7). Gempa dengan M7.8 akan memiliki dimensi bidang sumber lebih dari 150 km x 50 km dengan besarnya pergeseran pada bidang gempa lebih dari 3 meter.

2. Lokasi gempa yang sangat dekat perkotaan.

Jarak pusat gempa dengan perkotaan yaitu kurang dari 30 km dari kota Muisne. Sehingga diperkirakan terdapat 3 kota yaitu Muisne, Tosaggua dan Perdernales yang mengalami goncangan sampai intensitas VIII (sangat kuat).

3. Beberapa bangunan memiliki kerentanan tinggi oleh goncangan gempa. Di antaranya bangunan batu bata yang tidak diperkuat serta bangunan dengan dinding tanah liat

Berkaitan dengan peristiwa gempa di Ekuador tersebut, tentunya ada sejumlah pembelajaran yang memberi manfaat untuk Indonesia:

1. Perlunya peta analisis risiko bencana dalam skala detail untuk keperluan perencanaan wilayah dan pembangunan infrastruktur yang berbasiskan informasi potensi bencana yang memadai.

2. Pentingnya peningkatan kesadaran masyarakat untuk membangun bangunan dengan kaidah rekayasa yang baik. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan dengan potensi bencana tinggi seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Padang, Bali dll.

3. Untuk pembangunan infrakstuktur strategis (jembatan bentang panjang, bendungan, kereta cepat dll) diperlukan kajian kebencanaan khusus dengan mempertimbangan kondisi site yang specifik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement