REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Prof. Dr. HM . Din Syamsudin, MA
Saat ini ini kita menghadapi satu perkembangan kehidupan dunia pada skala global yang ditandai oleh dinamika peradaban dunia. Walaupun, pada satu sisi, banyak pakar menyimpulkan dunia sekarang ini tengah mengalami kerusakan.
Tak terkecuali sebuah kelompok mantan kepala negara dan kepala pemerintahan, former heads of state and government, yang menamakan dirinya the Interaction Council. Mereka menyimpulkan, apa yang terjadi di dunia sekarang ini adalah accumulated global damage, yaitu kerusakan dunia yang bersifat akumulatif.
Sehingga, perdamaian atau peace tidak lagi dilawankan dengan perang, peace and war, tapi peace and the absence of peace. Perdamaian dan ketiadaan perdamaian, yang tampak dalam bentuk kemiskinan, kebodohan, kesenjangan, diskriminasi, kekerasan, terorisme, sampai kepada ecological collaps atau enviromental, crisis yaitu kerusakan lingkungan hidup. Itulah ketiadaan perdamaian.
Pakar lain menyimpulkan, dunia sekarang tengah mengalami big shift, yaitu sebuah pergeseran yang sangat besar sekali. Lalu ada juga yang menyimpulkan keadaan dunia sekarang ini sebagai great disruption, yaitu gangguan besar.
Era globalisasi, terutama dengan kebangkitan Asia Timur (the emmergence of East Asia), telah menjadi pusat gravitasi ekonomi dunia dari Atlantik ke Pasifik. Pertama dengan gejala kebangkitan Cina (the rise of China), di mana kawasan ini Indonesia juga berada.
The emmergence of East Asia, kebangkitan Asia Timur, kemudian lebih dekat lagi yaitu di kawasan Asia Tenggara. Kita juga menyaksikan munculnya ASEAN Economic Community, Masyarakat Ekonomi ASEAN, yang semuanya itu membawa tiga kata kunci; era globalisasi, baik dinamika kawasan yang bersifat luas regional Asia. Maupun lebih sempit lagi, ASEAN membawa tiga kata kunci: quality, competition and competitiveness (kualitas, persaingan dan daya saing).
Baca >> Peran strategis kaum intelektual