Ahad 08 May 2016 12:00 WIB

Kulonuwun dan Modernitas ala Pesantren

Red: M Akbar
Ananta Damarjati
Foto: istimewa
Ananta Damarjati

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ananta Damarjati (Alumni Ponpes Kedunglo, Kediri dan anggota Lingkar Studi Matakuhati Semarang)

Sampai sekarang saya yakin, menjadi santri itu adalah sebuah kenikmatan paling romantis dan sentimentil. Lebih dari sekedar romansa Romeo dan Julliet, juga lebih kaya serta lebih hidup dari film Habibie dan Ainun. Dalam arti lain, saya bangga menjadi santri. Agaknya saya sedang tidak melebih-lebihkannya.

Nyatanya, setelah beberapa tahun 'turun dari gunung' pesantren, toh tidak mengurangi kebanggaan saya dan menghilangkan hal lain. Kecuali, kenyataan bahwa saya sudah berpindah ruang, turun ke bawah gunung, berjalan menjauh dan oleh benturan realita terpaksa berlari semakin jauh secara fisik.

Selain itu semua, saya tetap anak gunung. Saya tegaskan bahwa saya tetap anak gunung walau hanya mengikuti secara budaya, batiniyah, sudut pandang dan hal lain yang hubungannya dengan jeroan.

Syahdan, setelah itu saya pastinya berproses di tempat baru, sunatulloh. Dihampir setiap kuku, kulit, ketiak, kerak, mata kaki dan bulu-bulu bumi tempat hidup saya berlanjut, hal yang saya lakukan kali pertama adalah pasti kulonuwun. Llau dilanjutkan memperkenalkan diri sebagai 'anak kandung pesantren'. Sebuah keuntungan karena stigma santri di mata masyarakat hampir selalu baik.

Proses kulonuwun ini menjadi hal yang harus dilalui. Setiap tempat baru itu menuntut saya untuk pandai-pandai beretika yang sesuai nilai dan norma yang berlaku disana. Hal etika rasanya tidak asing bagi saya. Jauh sebelum itu, saya sudah diajari di pesantren untuk mengutamakan adab atau etika tadi, bahkan sebelum melaksanakan kewajiban sekalipun.

Ya, akan jadi lucu juga kalau umpamanya kewajiban sekelas sholat fardlu tidak diawali wudhu sebelumnya. Bukankah kebersihan jasmani lewat wudhu adalah substansi simbolik sebuah etika dasar sebelum menghadap Tuhan lewat tunainya kewajiban.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement