Senin 23 May 2016 17:12 WIB

Indonesia di Tengah Krisis Wirausaha

Red: M Akbar
anggawira HIPMI.jpg
Foto: youtube
anggawira HIPMI.jpg

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: DR Anggawira, MM (Ketua Bidang Organisasi Keanggotaan dan Kaderisasi BPP HIPMI)

Persaingan global menjadi nafas yang tidak terpisahkan dari pembangunan ekonomi domestik. Terhitung hingga akhir 2015, Indonesia secara efektif telah terintegrasi dalam pasar bebas Asia Tenggara.

Integrasi ini tentu saja memberikan implikasi yang sangat luas. Akan terdapat aliran bebas berbasis pada perdagangan, investasi barang, jasa, dan industri serta pengaruhnya terhadap dimensi sosial menyangkut pasar tenaga kerja dan ketahanan nasional dalam aspek yang luas.

Dalam konteks persaingan global yang dapat dilihat dari Global Competitiveness Report, indeks tahun 2015-2016 menyebutkan Indonesia menempati posisi ke-37 dari 144 negara di dunia dengan skor 4,52 poin. Posisi ini turun dari capaian tahun 2014-2015, di mana saat itu Indonesia menempati posisi 34. Dibandingkan negara-negara ASEAN, Indonesia masih tertinggal dari Singapura yang menempati posisi ke-2, Malaysia di posisi ke-18, dan Thailand di posisi ke-32.

Fakta di atas tentunya menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar. Ini mengingat kepemilikan Indonesia atas kekayaan yang begitu melimpah ruah. Bentangan pulau dan lautan dari Sabang sampai Merauke menghadirkan berbagai potensi sumber daya alam (SDA) untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat yang hidup di atasnya.

Tidak hanya sumber daya yang melekat pada alam, penduduk Indonesia sebagai entitas sosial dengan jumlah terbesar ke-4 di dunia juga menjadi potensi perekonomian yang tak terkira. Namun, potensi kekayaan yang luar biasa banyaknya tidak serta-merta menjadikan Indonesia sebagai negara yang digdaya dan unggul dalam persaingan global.

Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara tetangga di ASEAN apalagi negara-negara Eropa dan Amerika Utara. Sumber daya alam belum bisa diolah dengan optimal menjadi barang bernilai tambah tinggi, begitu pun dengan pelayanan jasa yang masih perlu untuk terus dikembangkan.

Menggerakkan perekonomian bangsa ini agar dapat bersaing, mengutip Joseph Scumpeter, membutuhkan tangan-tangan terampil yang memiliki kreativitas dan inovasi. Dalam bahasa lain, belum tergeraknya perekonomian Indonesia secara optimal salah satunya disebabkan oleh masih minimnya warga negara yang menjadi pengusaha/ enterpreneur di mana kreativitas dan inovasi bergerak cepat di tangan mereka.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement