Senin 11 Jul 2016 02:30 WIB

Terorisme: Musuh Bersama Manusia

Red: M Akbar
Ustaz Shamsi Ali
Foto: Agung Supriyanto/Republika
Ustaz Shamsi Ali

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Shamsi Ali (Presiden Nusantara Foundation)

Dilemanya adalah terkadang orang mendefenisikan terorisme berdasarkan kepada keperbihakan, bukan kepada kebenaran dan kejujuran. Kadang pula berdasarkan kepentingan, sehingga defenisi yang dimajukan adalah defenisi yang dipaksakan untuk tujuan justifikasi kepentingan.

Penderitaan demi penderitaan yang dialami oleh warga Suriah saat ini sesunguhnya teror yang sangat dahsyat. Akan tetapi pelaku teror itu, baik yang mengatas namakan perjuangan keadilan, maupun mereka yang mengatasnamakannya sebagai peperangan kepada teror (war on teror).

Keduanya memiliki defenisi masing-masing. Sudah pasti defenisi mereka dirajut sedemikian rupa sehingga nampak posisitf. Padahal, seperti yang saya sebutkan, semua itu adalah teror kepada warga Suriah.

Saya mungkin tidak akan memperpanjang polemik tentang siapa yang benar dan salah. Yang pasti, pembataian rakyat sipil, pembumi hangusan kampung dan kota-kota, walau dengan justifikasi yang elok adalah teror itu sendiri.

Bahkan sejujurnya teror juga seringkali terjadi dalam sebuah masyarakat yang nampak aman dan damai. Jika sebuah masyarakat nampak aman dan damai secara lahir, tapi terjadi penyiksaan batin siang malam, maka itu juga adalah teror.

Apalah arti damai dan nampak aman, jika rakyat hidup dalam ketakutan tanpa ujung. Rakyat yang hidup dalam tekanan kekuasaan, tiada daya dalam mengekspresikan diri, sesungguhnya juga berada dalam suasana teror yang mencekam. Ini salah satu bentuk "state teror" yang terjadi dalam dunia kita.

Pertanyaannya kemudian adalah apa yang harus dilakukan untuk menghadapi tendensi "teror" di dunia kita?

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement