Kamis 15 Sep 2016 16:32 WIB

Kepemimpinan Inklusif, Banyuwangi, dan Azwar Anas

Red: M.Iqbal
Dias Satria
Dias Satria

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dias Satria, Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Era globalisasi menuntut sebuah framework kelembagaan yang baik, yang mampu mendorong sebuah demokrasi dan menampung aspirasi masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan. Oleh karena itu, kunci suksesnya pembangunan ada pada sebuah reformasi birokrasi yang mampu produktif dan dapat dipercaya mengemban amanah pembangunan yang berkelanjutan.

Kepemimpinan Azwar Anas sebagai bupati di Kabupaten Banyuwangi dapat menjadi salah satu referensi dan lesson learned bagaimana seorang pimpinan daerah mampu melakukan revolusi dalam birokrasi dan sukses mengantarkan pembangunan daerah menuju kesejahteraan dan kehidupan masyarakat yang lebih baik.

Azwar Anas dalam waktu yang relatif cepat mampu mengubah image Banyuwangi menjadi lebih baik, dari yang sebelumnya dikenal dengan Kota Santet menjadi salah satu ikon penting pariwisata nasional dan internasional. Selain itu, beliau juga mampu menciptakan sebuah perubahan atas kesejahteraan masyarakat dan pembangunan ekonomi yang berkualitas melalui kebijakan-kebijakan daerah yang

inovatif dan inklusif.

Azwar Anas memiliki peran yang sangat besar dalam membangun Banyuwangi, khususnya dalam mengarahkan strategi kebijakan pembangunan yang inklusif, dengan melibatkan masyarakat dalam setiap proses pembangunan. Model kepemimpinan yang inklusif ini menjadi sangat penting karena pada sebagian besar contoh-contoh pembangunan, ekonomi kerakyatan tidak memiliki porsi yang besar

dalam pengambilan kebijakan ekonomi dan hanya menjadi “jargon” di atas kertas.

Dalam melakukan pengaturan ekonomi, Azwar Anas mampu melakukan inovasi dalam kebijakan yang mengatur pasar modern untuk melindungi pasar-pasar tradisional. Kebijakan yang dilakukan adalah dengan tidak mengizinkan perusahaan retail modern untuk beroperasi.

Selanjutnya, pembangunan mall di Banyuwangi ditunda dalam beberapa waktu hingga pendapatan atau ekonomi masyarakat meningkat. Di sisi lain, regulasi yang mengatur pembangunan mall dilakukan dengan konsep zonasi, yang letaknya kurang lebih empat kilometer dari pusat kota.

Hal ini dilakukan untuk mendorong pusat pertumbuhan baru di luar pusat kota. Selanjutnya, Azwar Anas mampu melibatkan masyarakat dalam setiap aktivitas kepariwisataan serta mengarahkan kebijakan untuk lebih inklusif dan partisipatif.

Sebagai contoh, dari 53 festival yang diadakan hanya tujuh yang merupakan festival dengan konsep modern dan nasional. Sisanya diangkat dari budaya lokal dan masyarakat. Pengangkatan kebudayaan lokal dalam festival yang digelar diyakini mampu mendorong kepercayaan diri dan kemandirian rakyat serta mampu menjaga kelestarian budaya masyarakat.

Festival kebudayaan masyarakat ini menjadi sebuah pertunjukan modern yang menarik bagi wisatawan, serta mampu mendorong perekonomian masyarakat secara umum. Dalam hal ini, pengelolaan kepariwisataan secara partisipatif mampu mendorong tanggung jawab sosial dan lingkungan masyarakat.

Hal ini tidak hanya memberikan dampak multiplier ekonomi terhadap masyarakat tapi juga mendorong konservasi alam yang semakin baik sehingga menciptakan ekosistem laut yang lebih baik.

Penunjang keberhasilan

Berikut diuraikan beberapa hal terkait dengan kepemimpinan Azwar Anas yang menunjang keberhasilan Banyuwangi dalam pembangunan.

Pertama, Azwar Anas mampu menunjukkan sosok kepemimpinannya untuk melakukan koordinasi, memberikan perintah serta memutuskan langkah strategis apa yang hendak dilakukan.

Hal ini sangat mendasar untuk dilakukan di Banyuwangi, khususnya dalam mengawal visi, misi, dan tujuan pembangunan Banyuwangi secara bersama-sama dengan staf-staf pemerintah dan stakeholders yang terkait.

Kepemimpinan yang kuat mendorong organisasi atau birokrasi yang lebih sehat dan dinamis karena seluruh elemen yang ada di dalamnya mampu menerjemahkan visi, misi, dan tujuan pembangunan dengan baik kedalam setiap aktivitas-aktivitas yang dilakukan. Disisi lain, kepemimpinan yang bersih juga memberikan contoh atas perilaku yang positif dan berdampak pada birokrasi yang sehat.

Kedua, Azwar Anas memiliki kemampuan dalam mengelola informasi yang dimiliki (hasil riset, masukan pakar, opini masyarakat, dan lain sebagainya) untuk menjadi sebuah kebijakan yang tepat dan cepat.

Azwar Anas memiliki kemampuan technical competence yang sangat baik di bidang pemerintahan. Hal inilah yang mendukung pengambilan kebijakan Banyuwangi yang inovatif namun tidak keluar dari koridor regulasi yang ada.

Ketiga, Azwar Anas memiliki kemampuan komunikasi publik yang sangat baik. Beliau mampu menjelaskan konsep-konsep pembangunan Banyuwangi dengan lebih detail dan meyakinkan, yaitu bagaimana capaian-capaian pembangunan yang telah diraih Banyuwangi, bagaimana strategi pemerintah dalam merealisasikan tantangan, dan peluang pembangunan di masa datang serta bagaimana masyarakat (stakeholders) dapat terlibat dalam proses pembangunan tersebut.

Kemampuan untuk memahami dan mengomunikasikan persoalan ekonomi yang tepat dan strategi yang dilakukan sangat dibutuhkan untuk memperkuat kepercayaan masyarakat dan stakeholders atas apa yang dilakukan pemerintah. Beliau mampu meyakinkan apa yang terbaik bagi publik Banyuwangi di masa datang.

Hal inilah yang selalu dibangun oleh Azwar Anas dalam setiap diskusi dua arah dengan masyarakat dan stakeholders, bahwa beliau selalu menanamkan harapan dan ekspektasi yang positif atas Banyuwangi.

Keempat, kepemimpinan Azwar Anas adalah kepemimpinan yang dinamis dan terbuka. Hal ini menjadi sangat penting di era kolaborasi dan inovasi, di mana pimpinan daerah harus mampu melakukan kerja sama dengan stakeholders dalam mewujudkan pembangunan di Banyuwangi.

Keterbukaan dan kepemimpinan yang dinamis sangat diperlukan sebagai jembatan untuk merealisasikan sebuah program bersama yang inovatif. Hal ini mampu dibuktikan dengan kolaborasi yang apik dalam pembangunan beberapa asset daerah (Hotel Blambangan, Airport , dan Masjid) serta penyelenggaraan beberapa festival nasional dan internasional dengan third party.

Dalam setiap tampilannya, beliau selalu menunjukan passion yang kuat dan positif dalam melihat dan membangun Banyuwangi, serta berani untuk melakukan terobosan-terobosan dalam kebijakan untuk mentranslasi visi, misi, dan tujuan pembangunan yang ditentukan. Apa yang dilakukan Azwar Anas sangatlah dinamis dan adaptif untuk mengatasi masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan keruwetan birokrasi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement