REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Syahruddin El-Fikri *)
Bila kita berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan, ke kampus, ke tempat hiburan, dan lain-lainnya, banyak orang yang sedang asyik menggunakan gadgetnya (HP/telepon selular, smartphone, tablet, dan lainnya). Baik untuk aktivitas pekerjaan, berkomunikasi, maupun sekadar main game. Pendek kata, mayoritasnya punya telepon selular (ponsel).
Tidak aneh memang. Sebab, berdasarkan data dari Daily Social Annual Startup Report, yang didapat dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan AdPlus, pada 2015 silam, jumlah pengguna internet di Indonesia sebanyak 83,6 juta orang, naik 33 persen dibandingkan 2014. Dari angka 83,6 juta orang pengguna internet itu, mayoritasnya berusia antara 20-39 tahun dengan prosentase mencapai 69,3 persen. Sementara usia 40-59 tahun sebanyak 28,3 persen.
Lalu berapa banyak pengguna ponsel? Faktanya sungguh menarik, ada 281,9 juta ponsel yang digunakan di Indonesia. Artinya, bila merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) 2016, jumlah penduduk Indonesia mencapai 255 juta jiwa, berarti setiap orang memiliki 1,13 unit ponsel.
Selanjutnya, bila dipandang dari dari jenis gadget yang digunakan untuk mengakses internet, ponsel tetap mendominasi dengan jumlah 85 persen pengguna. Disusul dengan menggunakan netbook (32 persen), tablet (14 persen), dan desktop (13 persen).
Sesuai fungsinya dan dengan fasilitas beragam fitur menarik yang ada di ponsel, maka banyak aktivitas yang digunakan melalui gadget, terutama ponsel. Fungsinya untuk berkomunikasi, baik melalui telepon, mengirim pesan pendek (SMS, BBM, WhatsApp, Line, dll), mengirim gambar, maupun video call.
Lalu bisakah gadgetmu mendekatkan dirimu kepada Allah? Jawabnya pasti bisa. Dengan dilandasi pada kesadaran dan komitmen yang kuat, tentu saja gadget bisa difungsikan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Caranya? “Banyak caranya. Bersilaturahim kepada sahabat, rekan bisnis, relasi, orang tua, dan guru, adalah bagian dari upaya untuk selalu menjaga hubungan baik,” kata Ustaz Iksan Malik, Ketua Yayasan Indonesia Berkha sekaligus founder Tahfizh Online, kepada Republika, Senin (28/11).
Dengan kemampuan gadget yang sangat luar biasa itu, Ustaz Iksan mengajar, seluruh elemen masyarakat, terutama Muslim untuk bersama-sama memanfaatkan gadget guna berkomunikasi dan bersilaturahim dengan Allah. “Fasilitas yang ada di gadget, terutama ponsel, bisa dipergunakan untuk membaca Alquran. Tidak hanya membaca, tetapi juga menghafal Alquran,” ujarnya.
Untuk itulah, pria kelahiran Palopo ini, menggagas ide dengan mendirikan komunitas Tahfizh Online (TO). “Tujuannya, supaya makin banyak orang yang tertarik belajar Alquran, terutama menghafalkannya,” kata dia.
Ustaz Iksan menjelaskan, Tahfizh Online ini ditujukan untuk umat Islam, terutama mereka yang ingin menghafal Alquran, tapi tidak punya waktu secara khusus, tidak sempat mondok di pesantren tahfizh, sibuk bekerja karena aktivitas sebagai karyawan, dan berbagai kesibukan lainnya. “Melalui Tahfizh Online ini, saya berharap, bisa memudahkan mereka yang ingin menghafalkan Alqran walaupun punya aktivitas pekerjaan yang menumpuk,” ujar Ustaz Iksan.
Apa bisa? “Selama ada kemauan, pasti bisa,” Ustaz Iksan menjelaskan. Buktinya, kata dia, saat ini ada sekitar 200 orang yang tergabung dalam komunitas Tahfizh Online (TO). Sebagian besar mereka adalah karyawan, mahasiswa, pensiunan, dan beragam aktivitas lainnya. “Alhamdulillah mereka bisa istiqamah hingga saat ini,” ungkapnya.
“Sebelum Subuh, ada santri yang sudah setoran hafalan. Terkadang ada juga yang setoran menjelang pukul 00.00 WIB. Tidak mengapa, yang penting mereka setoran setiap hari. Dan itu wajib hukumnya,” kata dia.
Ustaz Iksan menjelaskan, Tahfizh Online ini didirikan pada April 2016 lalu. Dan saat ini, sudah memasuki periode ke-enam. Setiap dua bulan, ada ratusan santri baru yang mendaftar. Namun, yang bertahan sampai saat ini masih sekitar 200 santriwan dan santriwati.
Mereka berasal dari seluruh pelosok nusantara. Mulai dari Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, bahkan hingga ke mancanegara. “Ada juga santri dari Qatar, Malaysia, Hong Kong, Korea, dan lainnya,” tutur Ustaz Iksan.
Komunitas Tahfizh Online ini, kata dia, ada di grup WhatsApp dan Facebook. “Khusus untuk hafalan, setiap santri wajib menggunakan audio yang ada di aplikasi WhatsApp (WA),” ujarnya.
Selain itu, setiap santri yang tergabung dalam Tahfizh Online akan dibimbing oleh musyrif dan musyrifah berpengalaman untuk menyimak hafalan santri. “Setiap hari santri wajib setoran, walaupun satu ayat, atau satu baris. Insya Allah, dengan cara itu, setiap orang akan merasakan kemudahan dalam menghafal Alquran,” ujarnya.
Nah, tunggu apalagi? Yuk ikutan bergabung menjaga penghafal Alquran.