Kamis 08 Dec 2016 18:28 WIB

Gerakan Ayah Hebat, Solusi Permasalahan Kekerasan Terhadap Anak

Ketua Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Jasra Putra
Ketua Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Jasra Putra

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Jasra Putra, M.Pd*

Ayah memiliki peran strategis dalam membangun keluarga sakinah, mawaddah, dan warahmah yakni keluarga yang damai, tenang, tentram dalam rajutan cinta dan kasih sayang. Ayah tidak hanya berperan sebagai kepala rumah tangga tetapi Ayah adalah teladan dan panutan bagi istri dan anak-anaknya. Namun pada implementasinya perubahan sosial, ekonomi, budaya, dan politik telah mendangkalkan persepsi dan definisi terhadap peran serta ayah dalam keluarga.

Ayah dimaknai secara sempit sebagai pencari nafkah, sedangkan aktivitas kerumahtanggaan termasuk pengasuhan anak menjadi tanggung jawab ibu. Bias pemaknaan peran serta Ayah menyebabkan kerentanan keluarga dan rendahnya kualitas pengasuhan. Berdasarkan penelitian Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2015 menemukan indeks ketahanan keluarga masih  rendah yakni 3,8 dari interval penilain 1 (satu) sampai dengan 5 (lima).

 

Berdasarkan penelitian tersebut KPAI menemukan baru 27,9% Ayah mencari informasi merawat dan mengasuh anak sebelum menikah dan hanya 38,9% ayah mencari informasi merawat dan mengasuh anak setelah menikah. Hanya 49,9% Ayah mendampingi istri pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan. Proses pengasuhan anak dominan dilakukan oleh orang lain yakni pembantu rumah tangga dan keluarga, terbukti keterlibatan Ayah dalam proses pengasuhan anak secara langsung hanya sebesar 26,2%. Kualitas dan kuantitas waktu Ayah berkomunikasi dengan anak kurang dari 1 (satu) jam per hari yakni 47,1%.

 

Rendahnya kualitas kehidupan keluarga yang harmonis, terbukti salah satunya disebabkan oleh minimnya peran serta ayah dalam mewujudkan ketahanan keluarga. Oleh sebab itu, dibutuhkan komitmen untuk mendorong peningkatan partisipasi ayah dalam mewujudkan ketahanan keluarga dan pengasuhan anak, sebab keterlibatan ayah berkorelasi positif terhadap tumbuh kembang dan kecerdasan anak, baik kecerdasan intelektual, spritual, moral, emosional, dan sosial.

Gerakan Ayah Hebat merupakan mebangunan Indonesia dimulai dari rumah keluarga-keluarga Indonesia. Kenapa penting memulai membangun Indonesia dari rumah? pertama, rumah merupakan simbol atau tempat berkumpul dan beriteraksinya keluarga (ayah-istri, anak, dan keluarga besar) selama-lamanya. Kedua, rumah juga berfungsi tempat berlindung dan membuat perencanaan bagi keluarga dalam membangun  masa depan yang lebih baik termasuk melindungan anak. Oleh karena itu, memulai membangun Indonesia dari rumah melalui Gerakan Ayah Hebat diharapkan bisa meningkatkan pemahaman dan keterampilan sang ayah berkomunikasi dalam keluarga secara baik (good parenting).

Harapan ini agar terciptanya model-model keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Model-model ini diharapkan bisa ditransformasikan kepada lingkungan terdekat yang bisa menginspirasi keluarga-keluarga muda lainnya. Maka bonus demograsi penduduk Indonesia diharapkan bisa melahirkan keluarga yang sehat dan berkualitas dengan cara menyelesaikan masalah hulu kekerasan terhadap anak yakni belum hadirnya kehangatan keluarga bagi anak atau bagaimana menghadirkan kapasitas pengasuhan yang baik bagi anak.

Kehadiran sosok ayah di tengah anak diharapkan bisa berinteraksi secara berkualitas. Banyak sang ayah secara fisik hadir di tengah anak di rumah namun kurang berkualitas (quality time) dan bahkan asyik dan disibukkan dengan gadget yang bisa mengurangi interaksi yang positif dalam menghadirkan kedekatan (attachment) dengan anak, apalagi anak juga meniru sang ayah dengan asyik bermain game maka interaksi waktu yang berkualitas sangat sulit diharapkan.

Profile Gerakan Ayah Hebat ini sesungguhnya bisa dilakukan dari hal-hal yang aplikatif dan sederhana, misalnya Gerakan Ayah mendampingi istri memeriksakan kehamilan dan persalinan pada layanan kesehatan;Gerakan Ayah mendukung pemberian ASI eksklusif pada anak; Gerakan Ayah memandikan, menyuapi, dan meggendonganak; Gerakan Ayah berkumpul, bermain, olah raga, dan berekreasi bersama anak;Gerakan Ayah mendongeng untuk anak ketika mau tidur atau di waktu-waktu tertentu; Gerakan Ayah mendengarkan suara dan pendapatanak yang merupakan hak-hak anak yang harus diperhatikan; Gerakan Ayah menanamkan nilai karakter dan anti korupsi; Gerakan Ayah mendampingi anak mengakses media, dan internet; Gerakan Ayah mendampingi anak belajar agama dan ibadah; Gerakan Ayah mengantar anak kesekolah; dan gerakan lainnya yang bisa memberikan kehadiran sosok ayah dengan baik di tengah keluarga.

Gerakan aplikatif dan edukatif di atas diharapkan bisa memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan hulu kekerasan anak yang banyak terjadi selama ini. Oleh sebab itu keterlibatan pengasuhan bersama (suami-istri) diharapkan bisa menjadi keluarga yang berkualitas atau sakinah mawaddah waa rahmah.

*Ketua Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement