Ahad 11 Dec 2016 14:21 WIB

Pak Bersih Telah Tiada, Satu lagi Tokoh Panutan Meninggalkan Kita

Sudirman Said (Ilustrasi)
Foto: Republika/ Rendra Purnama
Sudirman Said (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh:Sudirman Said

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.  Telah berpulang menghadap sang Khalik, Pak Mar'ie  Muhammad, birokrat karir yang kuat dalam prinsip, pejuang pemberantasan korupsi, dan pekerja kemanusiaan yang tak kenal lelah. 

Perkenalan pertama dengan Pak MM (demikian panggilan akrab beliau) adalah tahun 1993an, ketika saya masih kuliah di Washington DC.  Seperti kebiasaan mahasiswa di sana, setiap ada tokoh nasional berkunjung ke DC selalu saja ditanggap.  Mas Bambang Harrymurti dan saya menjadi organizer diiskusi-diskusi itu, karena bisa menggunakan fasilitas National Press Club, tempat kantor Tempo Biro Washinton DC, berkantor.  

Karena padatnya kegiatan Pak MM, diskusi tak jadi dilaksanan, saya hanya mengenalkan diri sebagai pegawai negeri di Kementerian Keuangan (waktu berangkat status saya dosen STAN yang dibiayai oleh Loan World Bank).

Kembali ke Indonesia akhir tahun 1994.  Oleh berbagai kegiatan aktivis menjelang pergantian rezim orde baru ke orde reformasi kami dipertemukan kembali.  Peristiwa penembakan Trisakti dan Semanggi memicu kehangatan politik, yang sudah bercampur nenjadi krisis multi dimensi.   

Para aktivis dan tokoh-tokoh pergerakan  lantas berkumpul dalam berbagai komunitas.  Salah satu komunitas adalah yang difasilitasi oleh tokoh-tokoh profesional seperti Pak Erry Riyana Hardjapamekas, pak Kemal Stamboel, Pak Arief T Surowidjojo.  mengundang forom forum diskusi multidisiplin.  Secara bergantian hadir tokoh- tokoh nasional seperti Pak Kuntoro Mangkusubroto, Prof Koesnadi Hardjasumantri (alm),  Pak Susilo Bambang Yudhoyoko, Pak Pal Gunadi, Ibu Sri Mulyani Indrawati, Pak Prof Dr Juwono Sudarsono, dan Pak Prof. Boediono, Prof Dr Malik Fadjar, Pak Sabam Siagian (alm), dan Pak Bondan Winarno. 

Beberapa lapis generasi muda juga hadir seperti Ahmad Fikrie Assegaf, M. CHandra Hamzah, Amien Sunaryadi, dan sejumlah aktivis LSM dan BEM.

Saya bersama sejumlah anak anak muda seperti Andi Eldes, Nizar Suhendra, dan Achyar Lubis bertugas sebagai "koki" mempersiapkan segala sesuatunya agar diskusi-diskusi berjalan lancar.  

Dengan sengaja saya mencatat tokoh-tokoh yang hadir (maaf, tidak semuanya saya ingat), untuk memberi satu apresiasi kepada almarhum Pak MM.  Karena ketokohan dan kredibilitas beliaulah maka sejumlah tokoh penting itu dengan ringan bergabung dan berkontribusi pada komunitas diskusi ini. 

Pada tanggal 10 Agustus 1998 komunitas ini bersepakat mendirikan Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI), dengan misi ingin mendorong good governance dan pemberantasan korupsi yang merupakan masalah akut penyebab runtuhnya orde baru.   Sekali lagi berkat Pak MM maka tokoh-tokoh lintas disipiln, lintas generasi bersepakat bergabung.   Patut kita syukuri, bahwa pilihan pada tokoh itu pilihan yang tepat karena nama- nama itu sejak reformasi bergulir tahun 1998 sampai hari ini, mereka adalah orang orang terus berperan dari waktu ke waktu; terutama dalam menangani berbagi isu kebangsaan yang krusial. 

Tiga catatan pribadi yang ingin saya share dalam pergaulan dengan Pak MM.

Suatu hari kami yang muda-muda bertanya, apa rahasia orang sebersih pak MM bisa melewati perjalanan karir di birokrasi yang korup sampai ke puncak?  Jawabnya sungguh mengesankan:  "Kalau kita lihat mobil mogok, kita bisa hanya memandang dari kejauhan sambil berkomentar, atau ikut mendorong meminggirkan, atau syukur bisa memperbaiki.  Saya memilih ikut memperbaiki dengan risiko tangan jni akan kena debu dan oli, bahkan bisa luka.  Yang penting adala ketika kita pulang ke rumah, cuci tangan!   Jangan biarkan oli dan kotoran masuk ke rumah tangga kita".   Inilah yang menyebabkan Pak MM dikenal sebagai pribadi yang bersih, Mister Clean!

Catatan kedua adalah ketika tahun 1999 memasuki tahun 2000 keadaan keuangan MTI kurang menggembirakan. Padahal kami sedang meyiapkan dua hajat besar: 1) penyelenggaraan Leadership Training for Good Governance di 24 wilayah seluruh Indonesia dan 2) studi pendirian badan independen antikorupsi (yang belakangan menjadi Komisi Pemberantasan Korupsi).   Secara spontan Pak MM pada suatu malam memanggil para pengurus dan mengatakan: carikan pembeli mobil, saya mau melelang eks mobil dinas saya yang diberikan oleh pemerintah.  Dan uang dari penjualan mobil bekas itu disumbangkan kepada MTI.   Proses pendirian KPK juga tak lepas dari kerja keras Pak MM yang rajin berkomunikasi dengan para pemimpin partai maupun birokrasi. 

Catatan ketiga yang amat membekas adalah  ketika terjadi tsunami di Aceh, pada saat yang sama PAk MM adalah Ketua Umum Palang Merah Indonesia.  Dengan cekatan pak MM segera terbang ke lokasi dan memimpin langsung operasi tanggap darurat kemanusiaan.  Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan membentuk Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi pada awal tahun 2005,  Palang Merah Indonesia di bawah kepemimpinan Pak MM berperan sangat instrumental.  Membuka komunikasi dengan korban, dengan masyarakat Aceh dan dengan komunitas donor internasional.   Saya ingat upacara besar pertama BRR di bawah kepemimpinan Pak Kuntoro Mangkusubroto dihadiri oleh ratusan lembaga donor, yang sangat percaya pada kredibilitas dua tokoh ini: Pak Kuntoro pemimpin BRR dan Pak MM pemimpin palang merah. Belakangan proses rekonstruksi Aceh dan Nias banyak dipuji oleh dunia sebagai rekonstruksi pascabencana tersukses dan bersih dari korupsi.

Di luar ini masih banyak kenangan-kenangan perjuangan yang luar biasa memberi inspirasi bagi kami kami yang jauh lebih muda.  

Di akhir hayatnya Pak MM masih terus memikirkan bangsanya.  Dalam saat saat dirawat sampai hari-hari terakhir, masih minta dibacakan koran untuk mengikuti perkembanhan kenegaraan.  Beliau sangat prihatin dengan budaya politik akhir akhir ini yang semakin jauh dari idealisme dan cita-cita pendiri bangsa.   

Satu pesan yang sangat kami ingat adalah: "...dalam keadaan apapun, dalam memperjuangkan kabaikan, harus selalu diingat prinsip "goal maintenance".  

Insya Allah pak MM meninggalkan kita dalam khusnul khatimah, menjemput akhir yang baik.  

Seorang penulis buku Leadership Dr Steven Covey menulis sebagai berikut: "if you want to know the quality of a man, look at how many people go to the funeral, and who are they".  Sejak subuh hari tadi, berdatangan banyak sekali tokoh-tokoh nasional yang berisi dan berjasa pada negara.  Rumahnya yang relatif kecil dan sederhana, seperti tak mampu menampung ratusan penziarah yang terus berdatangan.  

Selamat jalan Pak Bersih,  tokoh bangsa, teladan langka, pemberi inspirasi perjuangan dari generasi ke generasi.  Kami akan lanjutkan perjuanganmu, semaksimal mungkin, semampu kami bisa.   

 

Jakarta, 11 Desember 2016

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement