REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Doddy Hidayat *)
Gadis kecil itu bernama Qotrunnada. Usianya 6 tahun. Kakaknya bernama Siham, berusia 7 tahun. Qotrunnada hanya memiliki 1 buah tangan, setelah bom yang membabi-buta meluluhlantakkan tempat tinggalnya dan juga tangannya.
Bom itu jugalah yang merenggut kehangatan kasih sayang dari ibu dan bapaknya, melenyapkan nyawa kedua orang tuanya. Qotrunnada dan kakaknya, kedua anak yatim piatu itu, kemudian di bawa oleh pamannya dari kota Aleppo menjadi pengungsi di kota Gaziantep, perbatasan Turki dan Suriah.
Untuk menghidupi keluarganya dan juga keponakan yang yatim piatu itu, sang paman membanting tulang sebagai tukang sol sepatu, berkeliling berjalan kaki menjajakan jasanya. Sedangkan anak laki-laki sang Paman yang masih berusia 10 tahun bekerja di tempat tukang jahit, sekedar menambah penghasilan bagi keluarga.
Lain Qotrunnada, lain Aminah. Gadis kecil berusia 8 tahun inipun harus menjadi pengungsi di negeri orang setelah ayahnya terbunuh oleh sniper. Tidak hanya ayahnya, kakaknya yang masih berusia 9 tahun pun turut tewas terkena timah panas para sniper.
Sang ibu pun membawa Aminah dan adiknya hidup di pengungsian 7 bulan lalu, tak lama berselang setelah ayah Aminah terbunuh. Bersama dengan nenek dan keluarga lainnya, Aminah tinggal berlima belas orang di sebuah rumah sederhana yang berada di pinggiran kota Gaziantep.
Untuk menghidupi keluarganya, ibu Aminah bekerja di tempat cuci pakaian dengan penghasilan 10 Turkish Lira atau sekitar Rp 46 ribu per harinya. Ketika relawan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) memberikan bantuan berupa paket makanan, ibu Aminah tidak henti-hentinya mengucapkan banyak terima kasih kepada Muslim Indonesia seraya mengatakan bahwa ribuan warga Suriah senasib dengan dirinya dan keluarganya.
Ribuan orang seperti Qotrunnada dan Aminah ada dimana-mana, di berbagai tempat di Suriah dan perbatasan Suriah, sebagai korban dari tragedi kemanusiaan yang terjadi di Suriah. Berbagai kisah memilukan ada bersama mereka.
Qotrunnada dan Aminah adalah dua buah potret nyata, betapa anak anak Suriah seusia mereka harus menanggung beban penderitaan hidup di tempat pengungsian dengan kondisi apa adanya. Terlebih lagi mereka adalah anak-anak yatim dan yatim piatu yang tidak lagi memiliki Ibu dan Bapak.
Saat ini diperkirakan ada 30 ribu anak yatim yang membutuhkan pertolongan dari sesama kaum Muslimin dari berbagai belahan bumi. Mereka hidup dengan sangat memprihatinkan dan hidup dengan segala keterbatasan.
Siapa lagi yang seharusnya mengulurkan tangan bantuan kehangatan selain sesama Muslim. Adakah lagi yang berhak menolong anak anak kita itu selain sesama Muslim. Sesungguhnya kamu Muslimin adalah bersaudara, bagaikan satu tubuh. Satu bagian sakit, maka akan terasa di bagian tubuh lainnya.
Yaa Allah jadikanlah kami menjadi Umat Rasulullah Muhammad SAW yang cinta pada anak yatim, yang sayang pada mereka, yang peduli pada nasib mereka...
Teringat syair lagu dari grup musik Bimbo : "Rosul menyuruh kita, mencintai anak yatim..Rosul menyuruh kita..mengasihi orang miskin"..
Lantas sekarang bagaimana dengan Muslim di Nusantara. Insya Allah kita bisa bergerak bersama berbagi kehidupan dengan mereka. Wallahualam
*) Relawan Baznas