Rabu 28 Dec 2016 20:45 WIB

Bangkitkan Perekonomian dengan Modernisasi Sektor Pertanian dan Peternakan

Red: M.Iqbal
Seorang petani tengah memanen benih padi di sawahnya , Jalan Rancasagatan, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Rabu (21/12). Berdasarkan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung saat ini terdapat 900 hektare sawah dan 32,8 hektare lahan sawah abadi
Foto: Mahmud Muhyiddin
Seorang petani tengah memanen benih padi di sawahnya , Jalan Rancasagatan, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Rabu (21/12). Berdasarkan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung saat ini terdapat 900 hektare sawah dan 32,8 hektare lahan sawah abadi

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh: Brilyan Waskita Prima, Anggota Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan IMM Cabang Jakarta Timur, Mahasiswa FEB UHAMKA

Indonesia mungkin adalah salah satu “surga” yang Allah SWT ciptakan bagi seluruh umat manusia di muka bumi. Isinya tak akan pernah bisa habis untuk dinikmati seluruh manusia yang datang atau tinggal di dalamnya. 

Terletak di atas garis khatulistiwa, diapit oleh dua benua yaitu Asia dan Australia, dua samudra, yaitu Samudra Pasifik dan Hindia. Negeri ini juga dikelilingi rangkaian gunung api dunia atau yang biasa dikenal Ring of Fire Zone

Ditambah dengan jumlah pulau terbanyak dan bentangan laut terpanjang di dunia. Hal ini tentu membuat Indonesia kaya sumber daya alam, baik yang terhampar di daratan maupun yang tersebar di lautan. 

Tak sedikit masyarakat dunia yang mengetahui Indonesia, bahkan mereka yang pernah berkunjung dan tinggal di negara ini pun menjuluki Indonesia sebagai “Negeri Atlantis yang Hilang”. Julukan ini muncul tak lain karena Indonesia menyimpan banyak pesona dan kekayaan alam di setiap sudutnya. 

Tak ayal, dengan keadaan seperti ini, para pendahulu kita memikirkan mengenai pengelolaan sumber daya alam yang arif, bijak, dan adil bagi semua rakyat Indonesia. Oleh karena itu, muncullah Pasal 33 UUD 1945, khususnya ayat ketiga yang berbunyi, “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnyan kemakmuran rakyat”.

Dengan munculnya pasal ini dalam UUD 1945, berarti semua SDA yang ada di Indonesia dikuasai oleh negara, dalam hal ini pemerintah yang sedang menjabat, untuk memaksimalkan pengelolaannya sebagai poros ekonomi kerakyatan. Sehingga, dari pemerintahan era presiden Sukarno sampai era Joko Widodo (saat ini), sumber daya alam telah berjasa besar bagi kemajuan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Era modernisasi

Namun, di era modernisasi seperti sekarang, semua aktivitas yang terjadi dan hal-hal yang dihasilkan, semua berjalan cepat, efektif, dan efisien di semua sektor kehidupan. Termasuk dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam. 

Indonesia dengan kekayaan alam yang berlimpah seolah bergerak sangat lambat dalam menanggapi modernisasi yang terjadi, terutama di sektor pertanian dan peternakan. Mungkin bukan hanya penulis yang merasakan hal ini, tapi sebagian dari kita pun merasakannya. 

Indonesia saat ini lebih fokus dalam membangun perekonomian nasional dengan penguatan di sektor riil keuangan (re: jual beli saham, obligasi, reksadana, dan sebagainya) dan juga sektor industri (tekstil, elektronik, otomotif, dan lain-lain). Namun, kurang memaksimalkan sektor pertanian dan peternakan, baik di darat maupun perairan. 

Hal ini bisa dilihat dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 2014 dan 2015 bahwa pendapatan domestik bruto (PDB) yang bersumber dari sektor pertanian dan peternakan pada 2014 sebesar 13,34 persen. Sementara pada 2015, sedikit meningkat, yaitu 0,18 persen menjadi 13,52 persen. 

Mari kita bandingkan dengan PDB yang bersumber dari sektor industri. Pada 2014 sebesar 21,01 persen, sedangkan pada 2015 terdegradasi beberapa persen saja menjadi 20,84 persen. (Data bersumber dari Badan Pemeriksa Keuangan).

Dari data itu saja, bisa kita simpulkan sementara bahwa Indonesia masih kurang memaksimalkan sektor yang paling potensial yang dimiliki negeri ini. Jika kita berkaca kepada negara-negara maju seperti Jepang, Cina, Belanda, bahkan Amerika Serikat. 

Keempat negara tersebut berhasil melakukan modernisasi sektor pertanian dan peternakan mereka dengan sangat baik, dan PDB yang mereka dapat juga luar biasa. Bahkan bisa dikatakan seimbang antara PDB yang bersumber dari sektor industri dam dari sektor pertanian dan peternakan. 

Yang kita sayangkan adalah tindakan pemerintah yang melakukan impor komoditas yang seharusnya bisa dijadikan andalan ekspor di negeri kita. Contohnya, beberapa negara yang berhasil melakukan modernisasi di sektor pertanian dan peternakan, yaitu Belanda, Amerika Serikat, dan Jepang.

Saran untuk pemerintah

Dari tiga negara tersebut, selayaknya kita bisa meniru negara-negara maju terebut untuk melakukan modernisasi di sektor pertanian dan peternakan di Indonesia. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan pemerintah, khususnya dalam mengupayakan kemajuan tersebut, di antaranya sebagai berikut:

1. Penyuluhan dan pelatihan secara berkala

Pertama yang paling harus dilakukan oleh pemerintah adalah memberikan penyuluhan kepada para petani di Indonesia. Sebab, masih sangat banyak petani yang gagap teknologi, masih sangat mengandalkan cara tradisional bahkan ritual-ritual khusus dalam bertani sehari-hari. Sehingga dibutuhkan opening mindset para petani untuk mulai beralih ke teknik pertanian modern. Setelah berhasil melakukan penyuluhan, berikan pelatihan secara berkala tentang teknik pertanian modern.

2. Akses transportasi dan komunikasi

Hal yang paling mendasar adalah membangun sarana dan prasarana pendukung untuk modernisasi pertanian suatu daerah, terutama, sarana transportasi dan komunikasi yang lebih luas. Sehingga, kesempatan untuk suatu daerah terisolasi dari dunia luar akan semakin sempit, dan modernisasi pertanian pun bisa terwujud secara perlahan.

3. Melakukan follow up riset di sektor pertanian dan peternakan 

Kita harus belajar dari negara-negara maju, mereka sangat menghargai setiap riset yang dilakukan. Negara maju pun selalu menindaklanjuti setiap penelitian yang sangat potensial bagi kemajuan negaranya. Sehingga, dengan apresiasi yang dilakukan tersebut, selain pemerintah akan mendapatkan manfaat secara instan dari risetnya, akan muncul banyak penelitian yang pasti akan sangat membantu negara ini menjadi negara yang senantiasa mengedepankan inovasi karya yang bertanggung jawab sosial nantinya.

4. Memberikan kredit ringan kepada petani secara merata

Kredit ringan di Indonesia saat ini sebenarnya sudah berjalan. Adanya KUR (Kredit Usaha Rakyat) membuat rakyat Indonesia sedikit bernapas lega. Namun, kurangnya penyerapan dana KUR ke masyarakat bisa jadi karena proses yang rumit. Dan juga para petani yang masih awam soal perbankan. Tugas kita semua, melakukan penyadaran kepada petani terhadap pentingnya perbankan bagi proses modernisasi yang akan dilaksanakan. Sebab, selain untuk meminjam tambahan modal, juga untuk pengadaan teknologi yang dibutuhkan dalam proses modernisasi. Selain itu, bank juga harus berani membuka cabang atau gerai di daerah-daerah, bahkan daerah terpencil sekalipun

5. Subsidi pupuk dan benih unggul kepada petani Indonesia

Subsidi amat diperlukan oleh para petani. Sebab, kondisi cuaca Indonesia saat ini yang tidak menentu dan juga wabah hama yang merajalela akan amat sangat terasa dampaknya bagi para petani. Dengan subsidi, para petani akan meringankan beban petani, untuk mengantisipasi hal-hal buruk yang terjadi terhadap pertanian yang mereka lakukan

6. Jalankan janji Nawa Cita yang dikampanyekan Presiden Jokowi

Nawa Cita sektor pangan di antaranya adalah menambah area sawah dan pengembangan teknologi, perbaikan 3 juta hektare sawah, dan pengadaan 1 juta lahan baru untuk pertanian, serta pengadaan Bank Tani. Jika semua itu dapat terealisasi, kebangkitan di sektor pertanian cepat atau lambat bisa terwujud.

7. Persingkat rantai distribusi hasil pertanian

Rantai distribusi merupakan salah satu masalah di luar modernisasi pertanian yang dimaksudkan. Namun, menjadi sangat penting karena hasil dari modernisasi akan semakin terasa jika rantai distribusi menjadi lebih ringkas. Sehingga, pendapatan dari output yang dihasilkan akan maksimal dan kemakmuran akan cepat tercapai bagi seluruh petani di Indonesia.

Jadi, dapat disimpulkan, jika semua tahap ini dilaksanakan dan dapat terealisasi dalam waktu dekat, kemajuan di sektor pertanian bagi Indonesia akan semakin nyata wujudnya. Efek yang ditimbulkan adalah harga pangan yang terkontrol, semakin banyaknya UMKM yang aktif, sehingga memunculkan lapangan kerja yang melimpah. PDB dari sektor pertanian meningkat, dan tercapainya tujuan dari ekonomi kerakyatan yang selama ini didengungkan, yakni kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Oleh karena itu, mari kita semua upayakan untuk melakukan modernisasi di sektor pertanian dan peternakan. Sebab, bukan hanya negara yang maju, rakyatnya pun akan semaju negara tersebut dan Indonesia akan kembali menjadi Garuda yang terbang tinggi di daratan Asia, yang disegani dan dibanggakan dunia. Wallahu a’lam.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement