Oleh: Selamat Ginting*
Wartawan cantik dan seksi ini memandang lekat-lekat kedua mata sang presiden. Setengah berbisik dia berkata. "Honey, saya tidak percaya semua penjelasanmu. Saya yakin, kau memakainya karena kau sadar dirimu terlihat lebih ganteng jika mengenakan uniform."
Mendengar perkataan wartawan Amerika Serikat, Cindy Adams, presiden Sukarno terkejut. Ia tidak menyangka wartawan wanita itu akan berani berkata demikian. Bagaikan gadis yang sedang merayu pria pujaannya. ‘Don Juan’ ini pun tersenyum penuh arti. Ia pun mengeluarkan jurus balasan. Sang Putra Fajar itu, lalu berbalik berbisik. "Kamu benar sayangku, tapi jangan bilang siapa-siapa ya," bisik Sukarno, sambil tersenyum puas.
Itulah salah satu dialog Cindy Adams, wartawan yang menulis biografi Sukarno, ketika mengulas uniform yang biasa dikenakan Sukarno. Presiden pertama Republik ini beralasan, menggunakan uniform, karena ingin membuat rakyat Indonesia bangga.
Ia sangat terkenal dengan uniform ala Bung Karno. Stelan jas putih, krem atau biru bergaya militer dengan empat saku, dihiasi dengan sejumlah satyalancana dan bintang jasa di dada kirinya. Termasuk sejumlah brevet militer di kiri dan kanan dadanya. Mirip pakaian dinas upacara kebesaran militer.
"Aku memakai uniform karena aku panglima tertinggi. Rakyatku sudah lama dijajah Belanda. Mereka telah dijadikan koloni selama ratusan tahun. Mereka sudah lama diperbudak. Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan aku harus bisa memberikan mereka sebuah citra. Suatu kebanggaan. Karena itu aku memakai uniform," kata Sukarno panjang lebar.
Gaya pakaian Bung Karno ini sempat dikritik Letnan Jenderal (Purn) Tahi Bonar Simatupang, salah seorang peletak awal fondasi TNI. Sejak awal Pak Sim, panggilan akrabnya, selalu ingin militer menjadi profesional. Ia justru tidak suka dengan hal yang militeristik.
Sukarno sempat marah ketika Pak Sim menyarankan agar tidak mengenakan pakaian bergaya militer. Alasannya, jika presiden menggunakan uniform atau seragam militer, ia khawatir hal itu menunjukkan suatu mentalitas hanya orang berseragam yang patut dihormati.
Dia mengambil contoh para kaisar di dunia yang selalu berfoto dengan pakaian kebesaran, dan tidak bersedia menemui rakyat, jika tidak mengenakan uniform. Penjelasan tersebut tidak bisa diterima Sukarno. Ia merasa tersinggung.
Padahal, pendapat Pak Sim ada benarnya. Sebab, sejumlah diktator dunia, seperti Adolf Hitler dan Musolini, selalu mengenakan uniform dan tampil secara militeristik.
Ahhhhh…. Pak Sim rupanya tak paham apa keinginan Bung Karno. Cindy Adam justru paham betul relung hati yang paling dalam dari si perayu ulung. Biar tambah ganteng aku, bahhhh….!
Dan terkait soal gaya busana presiden, tadi pagi datang pertanyaan dari seseorang 'pariban' yang ada di Medan. “Bang Ginting, boleh tanya. Kalau gaya busana Presiden Jokowi, macam mana?” tanya seseorang dari Medan melalui WA, pagi hari ini.
Jawab saya pun sederhana dan singkat: "Ahhh… macam mana pun aku tak tahu, dek. Kau tanyalah sama dia. Kau yang berpikir eh malah aku yang kau bikin pusing. Pening aku!"
*Selamat Ginting, Jurnalis Senior Republika/Penerima empat Bintang Jasa