REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Abdullah Elly *)
Kedatangan Raja Salman, saat ini, mendapat sambutan hangat dari umat Islam di Indonesia. Banyak dari umat Islam di Indonesia yang berharap kedatangan beliau dapat memberikan dampak positif. Apalagi, kedatangan Raja Salman ke Indonesia memiliki waktu yang berdekatan dengan Aksi Bela Islam I.II.II salah satu gerakan GNPF-MUI yang masih hangat bagi masyarakat Indonesia. Lantas benarkah kedatangan Raja Salman dapat membawa kejayaan Islam?
Perwakilan PB Pemuda Al-Iryad pada hari Selasa (7/3) menghadiri undangan acara keumatan yang dibuat oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) DPC Duren Sawit yang bernama “NGUUPI” Ngobrol Urusan Ummat dan Pemikiran Islam. Pada acara "NGUUPI" tersebut salah satu perwakilan Pemuda Al-Irsyad dimintai pendapat mengenai kaitan antara kunjungan Raja Salman dan momentum kebangkitan Islam, apakah kedatangan Raja Salman ini merupakan suatu momentum kebangkitan Islam?
Reza Pahlevy Baraba selaku perwakilan dari Pemuda Al-Irsyad yang menghadiri diskusi tersebut mengatakan bahwa, terlepas dari peristiwa-peristiwa sejarah sebelumnya yang mencoreng nama kerajaan Arab Saudi di mata sebagian kaum muslimin, maka dia bersikap khusnuzhon dengan kedatangan Raja Salman ke Indonesia. Menurut Reza, walaupun kedatangan Raja Salman ke Indonesia tidak terlepas dari kepentingan kerajaan Al-Saud, tapi hal ini bisa dijadikan sebagai momentum titik balik kejayaan Islam. Karena menurut Reza, momentum kebangkitan Islam bukanlah sesuatu hal yang hanya ditunggu kedatangannya melainkan sesuatu hal yang harus diciptakan.
Menurut Reza, sebagai seorang kepala pemerintahan, merupakan hal yang wajar jika Raja Salman berusaha untuk mengembangkan negaranya dengan melakukan investasi maupun kerja sama dengan negara-negara lainnya. Kesalahan yang terjadi adalah masyarakat yang terlalu berharap kedatangan Raja Salman akan menjadi solusi bagi umat Islam di Indonesia. Akan tetapi, walaupun kedatangan Raja Salman tidak terlihat memiliki indikasi untuk menyelesaikan masalah umat Islam di Indonesia. Reza menyampaikan bahwa, kedatangan Raja Salman ke Indonesia tetap membawa dampak positif secara tidak langsung bagi kaum muslimin di Indonesia.
Terlepas dari niat kedatangan Raja Salman ke Indonesia, Reza menilai, waktu kedatangan Raja Salman sangat tepat, yaitu: 1.) Setelah terjadinya Aksi-aksi bela Islam, dimana ormas-ormas Islam dari golongan yang berbeda mampu bersatu dengan mengenyampingkan masalah furu yang sering terjadi di Indonesia. 2.) Setelah munculnya isu-isu anti Arab di Indonesia.
Reza menegaskan, bahwa seandainya budaya Arab yang dilarang adalah tarian adat Arab, maka ia akan menerimanya. Tapi, yang terjadi adalah yang di anggap sebagai budaya arab adalah cadar, hijab, dan aturan-aturan Islam lainnya. Oleh karenanya, Reza memandang, isu anti-Arab di Indonesia merupakan bagian dari Islamofobia yang harus di hindari. Menurut Reza, kita harus mengakui kedatangan Raja Salman berhasil menenggelamkan isu tersebut dan menguntungkan kaum muslimin dari serangan kaum liberal berkedok nasionalis.
Reza pun memandang bahwa, merupakan suatu bentuk ketidakadilan jika kita menyamakan Raja Salman dengan raja-raja Saudi sebelumnya. Reza mengutip perkataan Imam Ahmad Rahimahumullah ketika dimintai pendapat mengenai tragedi perang Shiffin, Imam Ahmad Rahimahumullah menjawab dengan mengutip firman Allah:
“Itu adalah umat yang telah lalu, baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan.” (al-Baqarah: 141)
Oleh karenanya, menurut Reza, Raja Salman harus di nilai dengan perbuatannya sendiri bukan perbuatan raja-raja sebelumnya. Jawaban Reza tentu tidak langsung diterima begitu saja, walaupun ada beberapa pihak yang tidak setuju, setidaknya jawaban pemuda ini dapat memberikan warna baru dalam menyikapi pro kontra mengenai kedatangan Raja Salman.
*) Wasekjen PB Pemuda Al-Irsyad