Oleh: DR Denny JA, Pendiri LSI
Politik terlalu penting jika direduksi hanya soal pergantian kekuasaan. Yang paling tinggi dan paling mulia dari politik seharusnya perjuangan nasib orang banyak. Akan diarahkan ke mana nasib warga Jakarta? Pertanyaan ini yang saya bawa menuju Hambalang.
Pada pekan kedua bulan April itu, tepat jam 6.00 pagi saya berangkat dari rumah di Jakarta Selatan. Mulyadi rekan dari Gerindra mengabarkan saya ditunggu Prabowo jam 8.00 pagi di Hambalang.
Kompleks tempat tinggal Prabowo di Hambalang sangat luas dan asri. Sangat terasa aura keindonesiaannya. Dari sisi nama setiap bangunan, dan bentuk arsitekturalnya, terasa ini dihuni individu yang bangga dengan warisan terbaik bangsanya.
Sesampai di ruah Prabowo, kami duduk bertiga saja di ruangan itu: Prabowo, saya dan Mulyadi. Dua asisten pribadinya menemani hidangan pagi. Tak terasa dua jam lebih kami berdiskusi soal banyak hal.
Prabowo sempat bercerita pengalamannya menyaksikan pemilihan kepala desa di Hambalang. Karena tak semua bisa membaca, dua calon kepala desa yang bersaing diwakili gambar saja. Calon yang satu diwakili gambar buah kelapa. Calon yang lain diwakili buah rambutan.
Cerita Prabowo soal hubungannya dengan penduduk di desa itu sama lancarnya dengan opininya soal perkembangan terbaru ekonomi dunia ataupun profesionalitas ketentaraan.
Ketika topik beralih soal Pilkada Jakarta, terasa passion Prabowo lebih memuncak. Terutama ketika membahas hari pencoblosan yang kurang dua minggu lagi.
Apa yang bisa dilakukan secara signifikan? Dua hari setelah itu, lahirlah video pidato Prabowo yang powerful. Setidaknya ada enam poin penting bagi pemilih Jakarta dari video Prabowo itu.
1) Tak ada kompromi bagi tegaknya Pancasila, UUD 45, dan NKRI di Jakarta. Itu harga mati. Saya, ujar Prabowo, akan menjadi orang pertama yang menurunkan Anies-Sandi jika mereka tak setia pada konstitusi. Anies dan Sandi ujar Prabowo karena diusung juga oleh Gerindra pasti mendukung keberagaman, Bhinneka Tunggal Ika.
2) Namun, lanjut Prabowo, kebinekaan di bawah Anies-Sandi akan lebih stabil dan aman. Jakarta nyaris terbelah jika seorang gubernur tak bisa menjaga omongannya sendiri. Apalagi jika omongan itu tidak sensitif terhadap agama dan keyakinan orang banyak. Di bawah Anies-Sandi Jakarta akan lebih stabil. Dunia usaha memerlukan Jakarta yang stabil. Pemerintah nasional membutuhkan Jakarta yang stabil.
3) Di bawah Anies-Sandi, kebinekaan juga akan lebih kental dengan keadilan sosial. Ketimpangan ekonomi di Jakarta memprihatikan. Ini bukan hanya tak adil bagi yang miskin. Tapi juga bahaya bagi yang kaya: Politik akan rawan. Jakarta harus untuk semua. Pemimpin perlu lebih berempati kepada rakyat kecil. Jangan ada bahasa dari seorang gubernur yang terkesan arogan melecehkan mereka.
4) Yang baik dari gubernur lama akan dilanjutkan, bahkan ditingkatkan. Perang terhadap korupsi akan semakin dikobarkan. Pemerintahan justru maju dengan meneruskan dan mengembangkan pencapaian baik pemimpin sebelumnya.
5) TPS perlu dikawal. Jangan sampai kecurangan mengubah pilihan rakyat. Kita tak akan bermain curang. Tapi kita juga tak rela jika dicurangi.
6) Agama menggoreskan batin sangat dalam bagi penduduk Indonesia, termasuk pemilih Jakarta. Seorang pemikir boleh saja berjumpalitan dengan gagasannya sendiri. Namun, seorang gubernur harus peka, menghormati, dan peduli dengan keyakinan masyarakat yang dipimpinnya.