Jumat 04 Aug 2017 15:45 WIB

Kuburan Peradaban, Kuburan Penguasa

Beberapa model peninggalan penguasa Islam di Spanyol yang sebut Damascening.
Foto: Denny JA
Beberapa model peninggalan penguasa Islam di Spanyol yang sebut Damascening.

Oleh: DR Denny Denny JA*

Apa yang membuat peradaban yang sedemikian besar akhirnya mati dan hancur? Mengapa penguasa dan keturunannya yang dulu begitu gemilang kini hanya menjadi museum?

Pertanyaan itu lahir dengan sendirinya setiap kali saya melihat jejak sejarah dan karya seni di Madrid, Toledo, Segovia, dan sekitarnya di Spanyol.

Area ini terasa sekali pernah datang peradaban dan penguasa besar: Roma, Dinasti Ming, penguasa Muslim, Kristen Abad Pertengahan, dan aneka kerajaan dunia barat seperti kerajaan Spanyol dan Inggris.

Benda seni peninggalan penguasa Islam di Spanyol itu ada yang mereka sebut Damascening. Itu dari kata Damascus, area di wilayah Muslim, Syria. Benda seni itu banyak berupa metal, atau emas. Banyak pula porselin Cina. Kerajaan Roma lebih ketara jejaknya dalam aneka bangunan arsitektur yang megah.

Paul Kennedy menulis buku 'The The Rise of Fall of Great Powers'. Hancurnya peradaban besar dan penguasa raksasa di eranya acapkali karena kombinasi hal ini. Ekspansi militer semakin mahal. Biaya untuk merawat kekuasaan itu tak lagi bisa ditanggung oleh ekonomi mereka. Pada saat yang sama tumbuh pusat kekuasaan baru yang lebih kuat.

Penguasa lama dan keturunannya banyak pula yang mengalami moral decay: pembusukan moral. Rakyat banyak tak lagi tahan melihat kemewahan dan imoralitas pada keluarga raja atau elit penguasa. Sementara kemiskinan dan kesengsaraan rakyat meluas.

Legitimasi kultural lama yang bersumber dari ortodoksi agama tak pula tahan menghadapi lahirnya gagasan baru yang dibawa oleh filsafat zaman pencerahan dan ilmu pengetahuan.

Sejarahpun tumbuh dengan tumpukan kurburan peradaban besar dan penguasa dikatorial.

Namun pencapaian peradaban lama itu tak hilang sehilang hilangnya. Ia tetap hadir menjadi pundak bagi berdirinya  peradaban dan penguasa baru.

Itu sebabnya sejarah manusia selalu tumbuh lebih tinggi. Peradaban tak pernah tumbuh dari titik nol kembali. Ia tumbuh dari akumulasi pencapaian peradaban sebelumnya.

Sisa peradaban lama yang bisa dilihat mata adalah peninggalan benda seni dan arsitektur. Namun yang tak terlihat adalah sistem nilai yang sudah menyatu atau dimodifikasi dengan sistem nilai baru.

Hanya dengan melihat benda seni itu, pikiran kitapun menerawang jauh melihat peradaban besar yang jatuh bangun di balik benda seni itu.

*Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement