REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Azimah Subagijo *)
Saat ini, gawai seolah sudah seperti kebutuhan bagi siswa. Mengingat kini banyak tugas sekolah yang diberikan guru melalui group chat seperti Line, WA,dan BBM. Begitu juga guna menyelesaikan tugas sekolah ini, membuat siswa menjadi berinteraksi sangat intensif dengan gawai mulai dari ponsel, tablet, atau laptop. Kondisi ini akhirnya memaksa orang tua memfasilitasi anak memiliki ponsel dan atau laptop. Sayangnya, banyak orang tua termasuk juga pihak sekolah yang hanya sekadar mendorong siswa menggunakan berbagai perangkat canggih itu, tanpa pernah memberi penyadaran pada anak-anak tentang potensi negatif yang bisa ditimbulkannya.
Padahal, potensi pengaruh negatif dari gawai sangat besar, terutama terpapar pornografi. Baik berupa pornografi yang secara tidak sengaja dilihat anak saat berselancar di dunia maya untuk melengkapi tugas-tugas sekolah. Maupun, materi pornografi yang secara sengaja anak-anak itu cari dengan berbagai alasan: sekadar iseng, penasaran, atas dorongan teman, dan sebagainya. Bahkan, potensial juga anak menjadi korban dari orang dewasa di sekitarnya, termasuk guru.
Salah satu pelajaran penting adalah kasus yang terjadi baru-baru ini. Seorang guru wali kelas IX di sebuah SMP Swasta di Jakarta ditangkap polisi karena terbukti telah menyebarkan konten pornografi setidaknya kepada 4 siswinya. Sebagaimana dilansir Republika.co.id 12/08/2017, konten porno yang dikirim sang guru bukan hanya berupa percakapan mesum, namun juga berupa gambar-gambar yang secara jelas termasuk yang dilarang oleh Undang-Undang Pornografi antara lain berupa ketelanjangan tubuh dan adegan masturbasi.
Untuk itu penting bagi orang tua membekali diri dan anak-anak terutama yang masih duduk di bangku sekolah agar tetap aman menggunakan gawai berupa ponsel, laptop, dan media lainnya tanpa menjadi korban paparan pornografi. Berikut beberapa tips yang bisa digunakan orang tua untuk lindungi anak dari paparan pornografi, semoga bermanfaat!
1. Ketahui alasan anak gunakan ponsel/laptop secara persis. Banyak anak yang menjadikan alasan mengerjakan tugas sekolah, sebagai alasan pamungkas yang disampaikannya pada orangtuanya untuk bisa semakin intensif menggunakan ponsel atau laptop. Padahal tak jarang, justru yang dilakukan anak hanya sekadar bermain dengan gawai mereka itu. Mulai dari sekadar bertukar pesan dengan teman, mendengarkan musik, menonton film, hingga bersosial media. Untuk itu, pastikan orangtua benar-benar yakin bahwa anak-anak benar-benar menggunakan gawai untuk belajar, bukan yang lain. Caranya dengan mendampingi mereka saat belajar, dan atau mengecek ponsel mereka secara berkala.
2. Batasi waktu dan tempat anak gunakan gawai. Cara lain untuk mengantisipasi anak terpapar materi negatif melalui ponsel, laptop, dan media lainnya adalah dengan membatasi waktu mereka berinteraksi dengan gawai tersebut. Misalnya minimal satu jam sehari dan dilakukan di ruang keluarga. Jika sudah terlanjur tergantung gawai, maka kurangilah waktunya secara bertahap. Sambil kemudian ajak anak melakukan aktivitas fisik dan sosial lain lebih banyak. Antara lain: ikut klub olahraga, kursus bahasa, memasak di rumah. Jika harus mengerjakan tugas sekolah secara berkelompok, orang tua atau guru dapat mengusulkan pada anak untuk mengerjakannya dengan bertemu dan dalam pengawasan orangtua atau guru.
3. Ajari anak untuk pintar memilih teman. Penting juga untuk mengajari anak untuk memilih teman bergaul, terutama yang bisa mendorong anak menjadi orang yang bermanfaat. Ajak anak menghindari berteman dengan orang-orang yang punya kebiasaan buruk. Hal ini karena kebiasaan baik atau buruk itu, bisa menular. Kebiasaan buruk yang menular ibarat virus penyakit. Termasuk berteman saat menggunakan gawai; seperti teman di media sosial, teman di grup percakapan (private chat). Tak sedikit anak-anak yang terpapar pornografi dan menjadi korban paedophilia karena kesalahan “pilih teman” ini.
4. Diskusikan tentang cara berpakaian. Saat banyak artis idola remaja berpakaian seronok, sangat penting untuk mendorong anak-anak berpakaian pantas. Terutama bila mereka sedang bermedia atau mengunggah foto-foto mereka di media sosial atau grup percakapan. Pembicaraan tentang hal ini harus menegaskan betapa berharganya mereka sebagai individu. Sehingga anak tak perlu mencari perhatian dengan cara yang tidak pantas. Sampaikan bahwa anak diciptakan begitu indah, dengan tujuan yang hanya bisa dipenuhi oleh dirinya sendiri. Ulangi pesan ini dengan cara yang berbeda-beda. Yakinkan betapa mereka sangat berharga.
5. Gunakan gawai untuk yang penting dan bermanfaat. Saat anak mulai menggunakan ponsel atau laptop, maka hendaknya orang tua memberi penyadaran dan minta komiten anak untuk hanya menggunakannya untuk hal-hal yang penting dan bermanfaat. Hal ini karena gawai hanya sebuah alat untuk mencari dan bertukar informasi. Namun muatan dari informasi tersebutlah yang harus mampu disaring agar hanya yang benar-benar membawa manfaat untuk diri kita, bukan sebaliknya. Ibarat pisau bermata dua, jika media/gawai digunakan untuk yang buruk tentu dapat mencelakai diri kita baik langsung maupun tidak, akan tetapi jika digunakan untuk menambah ilmu dan pengetahuan, tentu dpat bermanfaat bagi kita.
6. Jadilah orang tua yang peduli, dan jika ada muatan pornografi laporkan! Salah satu keberhasilan dari Kepolisian Polda Metro Jaya menangkap pelaku penyebar konten porno pada siswa karena ada anak yang berani lapor pada orangtuanya serta ada orangtua yang berani lapor pada polisi. Untuk itu, marilah kita menjadi orangtua yang peduli bahaya pornografi di lingkungan kita. Jangan tunggu hingga anak-anak kita sendiri yang menjadi korban. Tapi bersikap pedulilah untuk seluruh anak-anak yang ada di sekitar kita.
*) Ketua Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi (MTP)