REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Firdaus, Guru Besar FEM IPB
Potensi SDM Indonesia
Sangat disadari kita masih memiliki ketertinggalan dalam pengembangan sumberdaya manusia. Hal ini berdampak pada pertumbuhan sekaligus pemerataan kesejahteraan masyarakat. Sampai saat ini ekonomi nasional masih bertumpu pada produksi komoditas dengan teknologi bukan advanced.
Pada tahun terakhir, CPO menjadi penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia, yang belum dapat disebut sebagai produk hasil teknologi tinggi. Masih lebih dari seratus turunan produk yang dapat dibuat dari CPO, namun kita belum sepenuhnya mampu. Tentu banyak faktor lain, namun penguasaan teknologi menjadi determinan terpenting.
Dalam suatu riset kami mencoba memetakan negara-negara yang mengekspor porduk “high-tech” seperti komputer dan komponennya; produkkesehatandanperalatanlaboratoriumdll.Untuk nilai ekspor berbagai produk tersebut, China menempati posisi teratas melampai Jepang, USA dan Jerman.
Dalam grafik yang sama, pada posisi yang jauh di bawahterlihatbeberapanegarasedangberkembangseperti Brazil, Malaysia dll. Indonesia hampir tidak terlihat sama sekali karena berhampiran dengan sumbu absis.
Kemampuan mendapatkan nilai tambah dari pengembangan industri hilir merupakan keluaran atas keberhasilan penyelenggaraan pendidikan tinggi di suatu negara. Tidak aneh bila dikatakan kita masih seperti pada zaman kolonialisme, dimana sebagian besar yang kita ekspor adalah barang mentah atau setengah jadi.
Di sisi lain banyak industri kimia dan farmasi dengan import content lebih dari 80 persen. Berapa banyak publikasi ilmiah atau jumlah paten adalah juga indkator kemajuan pendidikan tinggi, yang kita masih lebih rendah dari banyak negara lain di ASEAN. Namun seberapa ekonomi kita bertumbuh dengan proses hilirisasi yang tidak bertumpuk di Pualu Jawa saja harusnya menjadi indikator kunci keberhasilan. Ini perlu terus diupayakan.