REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Benni Setiawan, Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan P-MKU Universitas Negeri Yogyakarta/Anggota Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Muhammadiyah lahir dari umat untuk bangsa. Memasuki usia ke-108 pada 8 Dzulhijjah 1438 H atau ke-105 pada 18 November 2017 M, Muhammadiyah terus berkhidmat untuk kemajuan bangsa.
Sebagai organisasi massa Islam tertua, eksis, dan paling banyak memiliki amal usaha, Muhammadiyah telah bersama membangun kebangsaan. Bahkan, proses membangun itu jauh sebelum Republik Indonesia lahir. Muhammadiyah telah membangun kultur kebangsaan yang kokoh.
Salah satu kultur itu adalah spirit tertib organisasi. Muhammadiyah mewariskan sejarah baik dalam hal proses membangun organisasi modern. Muhammadiyah tidak sekadar mandiri dalam hal pendanaan. Namun, Muhammadiyah membangun sebuah sistem agar tetap eksis pada masa yang akan datang.
Sistem itu tecermin dalam tata kelola sekolah, rumah sakit, panti asuhan, dan amal usaha lainnya. Semua dibangun dengan sistem jamaah dengan pengelolaan professional. Model itu kini telah menjadi warisan luhur untuk keutamaan bangsa. Sekolah dan rumah sakit modern telah menjamur di banyak daerah. Bahkan, banyak yang mengadopsi dan mengembangkan yang telah dirintis Persyarikatan.
Transformasi kebangsaan
Menilik hal tersebut, Muhammadiyah perlu terus menjadi garda depan transformasi kebangsaan. Meminjam istilah Haedar Nashir (2016), Muhammadiyah kini dan ke depan harus semakin maju. Jika ingin berperan memajukan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan universal, Muhammadiyah sendiri haruslah maju terlebih dulu. Jika ingin memberi harus memiliki sesuatu yang akan diberikan.
Hadis Nabi Yadul ulya khaira min yadul sufla, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Pepatah faqir asy-syaiy la yu-thi, tidak mempunyai sesuatu maka tidak akan memberi sesuatu. Muhammadiyah harus memiliki kekuatan dan keunggulan sendiri di banyak bidang garapannya. Maka itu, menjadi penting membangkitkan "inner dynamic" dengan jalan memobilisasi potensi dan kekuatan inti-terdalam dari Gerakan Islam ini.
Inner dynamic Muhammadiyah itu kini telah muncul. Salah satunya dengan semakin banyaknya kader muda Muhammadiyah melakukan lompatan-lompatan besar yang berdaya guna. Misalnya, kiprah LazisMu yang kini telah menjadi Top One lembaga pengelola zakat, infak, dan sedekah.
Kerja cerdas Andar Nubowo, sebagai direktur LazisMu, saya kira telah menggerakkan potensi ekonomi umat Islam. LazisMu telah merintis dan menjangkau ruang sempit masyarakat terluar, terdepan, dan terdalam (3T). Salah satunya dalam proses layanan kesehatan melalui Kapal Said Tuhuleley. Kapal yang diluncurkan saat Muktamar ke-47 di Makassar tahun 2015 lalu kini terus melayani daerah yang selama ini belum mendapatkan layanan dari pemerintah.