Sabtu 18 Nov 2017 07:33 WIB

Dua Jimat Golkar Setelah Kasus Setya Novanto

Panggilan KPK untuk Setnov
Foto: republika
Panggilan KPK untuk Setnov

Oleh: DR Denny JA*

Bagaimanakah prospek Golkar setelah drama panjang Setya Novanto (Setnov)? Akankah partai ini terpuruk dan ditinggalkan? Akankah partai ini menjadi partai gurem? Mampukah Golkar bangkit kembali?

Berkali- kali pertanyaan ini diajukan pada saya, baik oleh wartawan, politisi, kepala daerah dan tokoh Golkar sendiri.

Saya tak menjawabnya langsung. Melalui tulisan ini, saya sampaikan jawaban saya. Golkar punya dua jimat yang membuatnya   selalu bisa bertahan. Partai ini bahkan memiliki kemampuan bangkit kembali yang mengejutkan.

Jawaban ini tentu berdasarkan hubungan saya yang panjang dengan partai Golkar. Saya dengan LSI sudah melakukan ratusan riset untuk dan tentang Golkar.

Di tahun 2005, Golkar adalah partai pertama yang menggunakan mekanisme survei untuk menseleksi calon kepala daerahnya. Saya atas nama LSI membuat kontrak dengan Golkar saat itu, yang diwakili Andi Matalata, dan Rully Chairul Azwar.

Itu bulan Maret 2005. Pada waktunya momen ini akan bersejarah. Inilah momen pertama, kampanye politik di Indonesia bergeser dari tradisional menjadi modern karena mulai menggunakan survei opini publik dan marketing politik.

Saat itu, hubungan saya dengan Golkar sudah sangat dekat. Di tahun 2003, partai Golkar sedang dihujat untuk isu banyaknya politisi busuk di dalam partai tersebut. Partai itu juga diserang sebagai susupan Orde Baru di era reformasi. Maklum tahun 2003 baru berjarak 5 tahun dari jatuhya Suharto di tahun 1998.

Saya yakinkan petinggi Golkar bahwa berbeda dengan banyak dugaan orang, Partai Golkar akan menjadi nomor satu kembali di tahun 2004. Mereka tanya apa yang membuat saya yakin. Jawab saya: Survei LSI.

Survei opini publik saat itu barang baru bagi partai politik. Tentu saja mereka tak sepenuhnya percaya. Saya ingat prediksi LSI bahwa Golkar akan juara kembali juga dimuat majalah Tempo. Tapi umumnya publik skeptis.

Sungguhpun tak percaya, namun info saya itu dianggap penting untuk menambah semangat pengurus Golkar di daerah. Saya ingat diundang pemimpin Golkar beberapa kali menyampaikan prediksi itu di beberapa kota, di hadapan banyak pengurus Golkar. 

Prediksi LSI terbukti. Tahun 2004, Golkar kembali juara. Survei LSI terbukti lagi ketika SBY menjadi presiden. Saat itu banyak politisi tak percaya prediksi LSI bahwa SBY bisa mengalahkan Megawati. Itu masa ketika Megawati paling powerful: putri Bung Karno, ketum PDIP partai terbesar, dan masih menjabat presiden pula.

Oleh lingkaran Golkar, Saya dan LSI mulai dianggap sakti karena dua prediksi LSI yang awalnya mereka anggap mustahil ternyata terbukti!. Dengan reputasi itu, saya pun berhasil meyakinkan Golkar untuk pertama kalinya menggunakan metode survei sebagai selektor calon kepala daerah secara nasional.

Selanjutnya adalah sejarah. Hingga kini survei opini publik sudah menjadi bagian strategi partai dalam pemilu modern.

Hubungan dekat dan seringnya saya (LSI) membuat survei bagi partai Golkar, membuat saya mengenal lebih dekat “jeroan” atau inner strength partai ini. Partai ini ternyata punya dua “jimat,” yang belum dikuasai sepenuhnya oleh partai lain.

Dua jimat inilah yang membuat Golkar akan mampu bertahan, bahkan bangkit.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement