REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ali Akbar*
Saat ini penulis sedang mengembangkan kajian Arkeologi Alquran (Quranic Archaeology). Kajian ini tergolong tertinggal jauh dibandingkan Biblical Archaeology yang sudah ada perkumpulan pengkajinya sejak tahun 1850. Arkeologi itu sendiri merupakan ilmu yang berusaha merekonstruksi kehidupan masa lalu berdasarkan bukti fisik (material culture) seperti artefak/benda, fitur/bangunan, ekofak/bukti alam yang terkait kebudayaan, situs dan kawasan sebagai lokasi kehidupan masa lalu.
Alquran dapat dikaji sebagai artefak tertulis baik media maupun isinya yang berupa kata dan kalimat dalam bentuk ayat dan surat. Berikutnya, kata dan kalimat dalam Alquran yang menyebut benda, bangunan, kondisi alam, dan lokasi dapat dikaji lebih lanjut. Sedikit demi sedikit, bukti arkeologi terkait suatu ayat atau surat menjadi semakin terungkap.
Selain itu, interaksi manusia dengan Alquran dalam rangka memahami dan merealisasikan dalam kehidupan keseharian juga menjadi lingkup kajian ini. Serial tulisan ini telah dikembangkan dan ditampilkan dalam bentuk ceramah sehingga lebih menyasar kepada umat Islam.
Mesir dikenal dengan peradaban kerajaan yang berlangsung sekitar 3.000 tahun lamanya. Berdasarkan penelitian arkeologi, banyak tokoh hidup di istana Kerajaan Mesir yang seluruhnya terjadi pada masa Sebelum Masehi (SM).
Jika berbicara mengenai tokoh perempuan, maka ada beberapa nama yang sering disebut orang. Tiga yang utama adalah Cleopatra, Nefertiti, dan Hatshepsut.
1. Cleopatra VII (tahun 69-30 SM) adalah fir'aun perempuan yang cerdik berpolitik dan lebih dikenal lagi karena kisah asmaranya. Ia menjalin hubungan dengan penguasa Kerajaan Rowawi yakni Julius Caesar dan bunuh diri bersama Mark Anthony.
2. Nefertiti adalah istri Fir'aun Akhenaten (Amenhotep IV) yang naik tahta sekitar tahun 1353 SM. Patung Nefertiti kini menjadi koleksi masterpiece museum di Jerman dan menjadi daya tarik pengunjung. Kecantikannya memberi inspirasi buat banyak orang.
3. Hatshepsut disebut-sebut sebagai fir'aun perempuan yang memerintah sekitar tahun 1479 SM. Ia adalah permaisuri Raja Tuthmosis II. Saat suaminya meninggal dan anak tirinya yakni Tuthmosis III masih kecil, ia menjadi raja. Ia menyatakan diri sebagai anak Dewa Amun.