REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Raden Ridwan Hasan Saputra *)
Program bela negara biasanya identik dengan upacara, baris berbaris, ceramah, atau kegiatan lapangan yang menimbulkan kesan kalau program bela negara berarti pelatihan semimiliter. Efeknya, banyak orang khususnya generasi muda yang enggan untuk mengikuti program bela negara.
Saat ini, masih jarang program bela negara yang mengedepankan penyajian secara dialogis atau aktivitas mengasah otak sehingga bisa memperkuat ideologi para peserta terhadap empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Hal yang penting diajarkan juga adalah sejarah perjuangan bangsa. Pendekatan pelatihan bela negara dengan mengasah kemampuan otak bisa dirancang sebagai materi awal dalam pelatihan pendahuluan bela negara, khususnya untuk pelajar dan mahasiswa. Sehingga, para pelajar dan mahasiswa akan rela mengasah kemampuan fisik karena kesadaran ideologis yang kuat dalam bela negara.
Program bela negara bagi generasi muda akan sangat efektif dilakukan jika diwujudkan dalam bentuk sinergi antarkementerian. Ada beberapa kementerian utama yang berperan dalam program bela negara, di antaranya Kementerian Pertahanan, TNI, Polri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian kesehatan, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Pariwisata, Kementerian Pembangunan Desa Tertinggal.
Tidak lupa pula untuk melibatkan Unit Kerja Presiden Pembinaan Idiologi Pancasila (UKP-PIP). Pelaksanaan program ini semua di bawah koordinasi Kementerian Pertahanan. Ada beberapa program yang mungkin dilakukan.
Pertama, membuat film tentang aplikasi empat pilar kebangsaan dalam kehidupan. Generasi muda saat ini lebih suka menonton tayangan daripada membaca. Sehingga pendekatan pemahaman nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika akan sangat efektif jika dibuat dalam video-video singkat yang menggambarkan penerapan empat pilar kebangsaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, video tentang sejarah perjuangan bangsa jangan lupa dihadirkan kembali untuk menimbulkan semangat bela negara generasi muda. Video-video tersebut bisa dibuat berjenjang untuk level SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, dan masyarakat umum.
Video ini bisa diunduh secara gratis di internet atau juga bisa ditayangkan di TV swasta. Video-video ini bisa dibuat atas inisiatif dan kerja sama beberapa kementerian.
Kedua, wisata matematika bela negara. Ini merupakan program kreatif yang sudah dijalankan TNI AD di 35 kota/kabupaten yang menjadi percontohan. Program ini memadukan bela negara dengan pelajaran matematika yang disajikan dalam bentuk wisata.
Peserta program ini adalah para pelajar SMP di suatu sekolah. Pada program ini, para pelajar SMP datang ke Kodim dan disambut ramah oleh para pejabat di Kodim. Kemudian para pelajar dibina oleh para babinsa dan mendapatkan sajian materi cara berpikir suprarasional.
Pada program ini, para pelajar disadarkan tentang arti penting bela negara di berbagai bidang. Program ini sudah terbukti sangat menarik dan harus dikembangkan ke berbagai wilayah dan berbagai jenjang pendidikan.
Ketiga, pembinaan bela negara bagi tokoh masyarakat. Program bela negara bisa dilaksanakan di Pusdik Bela Negara. Program bela negara sebaiknya diikuti orang yang mempunyai pengaruh di masyarakat. Orang-orang ini bisa menjadi kader bela negara yang efektif.
Keempat, program bela negara dimulai dari desa. Program bela negara harus merambah ke desa sebab jika di desa kuat, Indonesia akan kuat. Supaya masyarakat di desa bisa sadar makna hakiki bela negara maka harus ada sosialisasi.
Kelima, mengembangkan peran resimen mahasiswa (menwa). Program bela negara di kalangan mahasiswa bisa dioptimalkan lewat peran menwa di perguruan tinggi. Kalau perlu, menwa di Indonesia harus seperti Reserve Officer Training Corps (ROTC) di Amerika.
Mahasiswa yang mengikuti program ini di Amerika akan mendapatkan berbagai fasilitas khusus. Saat ini, organisasi menwa di Indonesia seperti ayam kehilangan induk, sebab tidak adanya kejelasan siapa yang menjadi induknya.
Dampaknya, banyak organisasi menwa di berbagai perguruan tinggi kondisinya hidup segan mati tak mau karena kekurangan anggota akibat ketidakjelasan perannya di dunia kampus. Padahal, menwa bisa menjadi kader bela negara yang efektif dalam menyadarkan mahasiswa lain tentang makna bela negara. Oleh karena itu, pemerintah harus memberikan berbagai fasilitas kepada menwa.
Fasilitas yang diberikan pemerintah di antaranya bisa membentuk menwa sesuai keahlian, seperti menwa pertanian, menwa teknologi, menwa bahasa, menwa ekonomi. Di samping itu, menwa yang bisa mengembangkan keahliannya mendapat beasiswa khusus.
Setelah mendapatkan fasilitas khusus para anggota menwa itu bisa ditugaskan untuk mengabdi selama satu tahun dalam mengembangkan daerah terdepan, tertinggal, terluar sesuai dengan bidang keahliannya.
Keenam, memasyarakatkan cara berpikir suprarasional. Bela negara adalah hak dan kewajiban warga negara. Pada era saat ini sangat sulit mengajak warga negara untuk bela negara sebab masyarakat yang sudah materialistis akan berhitung untung dan rugi.
Situasi ini makin rumit ketika pemerintah tidak memiliki program wajib militer. Maka itu, penyadaran dalam diri setiap warga negara akan pentingnya bela negara sangat dibutuhkan. Penyadaran itu tidak datang begitu saja, tetapi harus ditumbuhkan.
Cara berpikir suprarasional yang berbasis pada kesadaran akan pentingnya peran Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari dan adanya penyadaran berusaha untuk memberikan sebanyak-banyak manfaat kepada manusia, bisa menjadi cara efektif.
Pola pikir suprarasional sudah terbukti efektif membentuk kesadaran bela negara. Cara berpikir suprarasional bisa disebarkan melalui seminar, pelatihan, dan praktik langsung dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Sebagai penutup, bela negara itu hak dan kewajiban warga negara. Bela negara tidak identik wajib militer. Di situasi saat ini harus ada cara kreatif, murah, dan efektif yang bisa membuat program bela negara tetap berjalan.
Ide-ide yang tadi disampaikan ada yang sudah, sedang, dan akan berjalan. Penulisan ide-ide ini pun bisa menjadi salah satu wujud bela negara.
*) Pendiri Klinik Pendidikan MIPA, Penggagas Wisata Matematika Bela Negara.