Ahad 14 Jan 2018 04:01 WIB

TNI dan Umat bersatu, NKRI Jaya

Imam Besar Islamic Culture Center of New York, asal Bulukumba, Sulawesi Selatan, Shamsi Ali
Foto: ROL/Fakhtar Khairon Lubis
Imam Besar Islamic Culture Center of New York, asal Bulukumba, Sulawesi Selatan, Shamsi Ali

REPUBLIKA.CO.ID, Imam Shamsi Ali *)

Kejayaan sebuah negara akan ditentukan oleh banyak faktor terkait. Kehebatan sumber daya manusia (SDM), kekayaan sumber daya alam (SDA), posisi strategi dan sudah tentu kebesaran sejarah dari bangsa tersebut.

Indonesia memiliki semua unsur di atas. SDM (sumber daya manusia) besar yang sesungguhnya mampu bersaing dengan bangsa-bangsa dunia lainnya. SDA (sumber daya alam) yang kaya raya, baik darat maupun laut. Dan posisi strateginya, sarta sejarah masa lalu yang disegani.

Tapi, bagi Indonesia ada dua pilar lain yang paling menentukan kebesaran dan kejayaannya. Yang pertama adalah militernya atau tentara nasionalnya. Dan yang kedua adalah umat itu sendiri. Ikatan dan kebersamaan dua komponen ini menjadi kunci keberhasilan Indonesia dalam berbagai jenjang kehidupan kolektif kebangsaannya. Dari masa perjuangan kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, hingga kepada masa-masa mengisi kemerdekaan. Masa kecil saya mengenal tentara masuk desa, yang sesungguhnya adalah manifestasi jiwa kebersamaan TNI dan umat .

Sebagai negara maritim, dengan kepulauan dan luas teritorial yang luar biasa, Indonesia memerlukan tentara nasional yang kuat. Apalagi, Indonesia dengan segala kelebihan yang dimilikinya menjadikan banyak pihak yang iri hati. Banyak musuh-musuh buas yag siap menerkam setiap saat, kalau saja peluang itu ada.

Di sisi lain, kompleksitas bangsa ini begitu sangat besar. Tentu dikarenakan karakteristiknya yang kaya, namun rawan menjadi masalah tersendiri. Salah satunya adalah keragaman masyarakatnya yang luar biasa, baik secara ras dan suku, juga kultur, agama dan budayanya.

Batas-batas negara yang luas, dengan ribuan pulau yang terbentang dari Sabang sampai Marauke, dan dengan keindahan dan kekayaan alam, menjadikan Indonesia rentang mendapat gangguan dari luar. Sementara keragaman yang luar biasa itu juga jika tidak dirajut secara baik dapat menimbulkan gesekan-gesekan sosial yang berbahaya. Di sinilah urgensi pertahanan yang kuat bagi NKRI, untuk membela negara dan bangsa dari kemungkinan-kemungkinan serangan baik dari luar maupun dari dalam negeri.

Sejarah membuktikan bahwa hanya dengan kolaborasi antara TNI dan umat, bangsa ini terselamatkan dari kemungkinan berbagai gangguan di masa lalu. Penjajah Belanda maupun Jepang berhasil diusir dari bumi pertiwi, dan penumpasan gerakan-gerakan separatis masa lalu berhasil dilakukan juga karena kebersamaan antara TNI dan Umat. TNI akan menjadi lebih kuat, profesional dan efektif jika dipercaya dan didukung sepenuhnya oleh umat.

Dalam beberapa tahun TNI di bawah kepemimpinan Jenderal Gatot Nurmantyo terasa kedekatan itu. Bahkan di saat-saat ada suasana yang kurang menyenangkan, peristiwa 212 misalnya, TNI memperlihatkan posisi yang terus merangkul umat. Sehingga umat pun merasa dirangkul dan diayomi.

Kemesraan antara umat dan TNI ini juga tampak dalam berbagai kegiatan TNI, di mana umat dan ulama khususnya mendapat penghormatan dan posisi yang sangat mulia. Ambillah sebagai misal di saat peringatan HUT yang lalu. Seorang ulama mendapat penghargaan dari TNI.

Yang lebih unik lagi penampilan drama hidup tentang Jenderal Sudirman pada saat peringatan HUT Tentara Nasional Indonesia memberikan makna tersendiri yang sangat khusus dalam menggambarkan hubungan antara TNI dan umat Islam, khususnya para ulama dan pemimpin umat. Menampilkan kekuatan zikir Jenderal Sudirman merupakan indikasi nyata dalam soliditas ruh keislaman di tubuh Tentara Nasional Indonesia.

Di era kepemimpinan Jenderal Gatot Nurmantyo Panglima TNI kedekatan dan kebersamaan itulah yang menjadi perekat di antara elemen-elemen bangsa. Bahkan, di saat-saat meningginya emosi sosial karena isu-isu tertentu. Berbagai pernyataan bahkan kedekatan Jenderal Gatot saat itu menetralisasi ketegangan umat karena isu-isu tertentu. Sekiranya bukan karena karakter sang Panglima yang merangkul umat, dan kedekatannya kepada para ulama, mungkin saja terjadi gesekan-gesekan sosial yang tidak diharapkan.

Menghadapi tantangan dunia ke depan kedua entitas negara ini, TNI dan Umat, tetap menjadi pilar utama dan terpenting bagi pertahanan dan kebangkitan bangsa. Umat Islam sebagai segmen terbesar bangsa ini tetap berada di garda terdepan, bahkan menjadi penentu wajah bangsa. Kuat lemahnya, maju mundurnya bangsa ini akan ditentukan oleh wajah umat.   

Di sisi lain TNI merupakan benteng pertahanan negara dan bangsa dari berbagai kemungkinan ronrongan, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Tentara Nasional Indonesia adalah prisai negara dan bangsa, melindungi setiap jengkal bumi Nusantara tercinta.

Dan karenanya tidak diragukan lagi bawah dengan persatuan dan kerjasama yang erat antara kedua elemen bangsa itu menjadi pertahanan yang sangat kokoh, sekaligus kunci kebangkitan dan kemenangan bangsa ini.

Apalagi disadari bahwa di era globalisasi yang semakin menantang ini yang diwarnai oleh kompetisi semakin dahsyat, kedua entitas bangsa ini harus terjaga dalam kesatuan dan kebersamaan. Insya Allah dengan terjaganya kesatuan dan kebersamaan TNI dan Umat, NKRI akan bangkit, maju dan jaya, menjadi bangsa besar dan pemenang dalam dunia global yang memang kompetitif ini.

Jakarta, 12 Januari 2018

* Presiden Nusantara Foundation

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement