Senin , 01 Dec 2014, 22:46 WIB
Anies Baswedan Optimistis Pendidikan di Indonesia Bisa Lebih Baik
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan saat menjadi pembicara pada pertemuan dengan Kepala Dinas Pendidikan provinsi, kabupaten dan kota se-Indonesia di gedung Kemdikbud, Senayan, Jakarta, Senin (1/12). ( Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Indonesia bukan satu-satunya negara yang memiliki masalah di dunia pendidikan. Banyak negara yang juga menghadapi masalah yang sama. 

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyebutkan beberapa negara yang berhasil keluar dari masalah pendidikan seperti Finlandia, Cina, Korea Selatan, Amerika Serikat, Polandia, hingga Inggris. 

"Mereka kerja serius dan mau berubah," ujar Anies, Senin (1/12). 

Di Cina, Anies mengungkapkan, reformasi pendidikan dimulai dengan program Evaluasi Hijau. Pada Juni 2013, pemerintah Cina mengeluarkan panduan untuk seluruh propinsi dalam mereformasi model penilaian mutu pendidikan. 

Ada lima aspek yang menjadi penilaiannya, perkembangan moral, perkembangan akademik, kesehatan jiwa dan raga, perkembangan minat dan bakat unik, serta pengutangan beban akademik. 

Lain lagi di Finlandia. Negara yang disebut sebagai sistem pendidikan terbaik dunia ini memulai reformasi pendidikannya bahkan sejak 1980-an. Reformasi pendidikan Finalandia dilepaskan dari kepentingan politik. Pergantian kepempimpinan tak merubah arah reformasi. 

Di Korea Selatan, Anies menambahkan, dulunya pendidikan berorientasi pada skor dan tes yang dianggap sakral. Akibatnya bimbingan belajar menjadi lebih penting dari pada sekolah. 

"Pemerintah sana kemudian melakukan reformasi untuk mengurangi ketergantungan tes. Ini mirip bukan keadaanya (orientasi nilai) dengan Indonesia?" kata Anies. 

Berkaca dari hal itu, Indonesia juga harus berubah. Karena negara-negara tersebut  berhasil keluar dari masalahnya dengan melakukan perubahan. 

"Kita harus berubah. Jangan mulai dari saling menyalahkan. Sikap bertanggung jawab adalah melihat masalah, bukan urun angan, tapi turun tangan," katanya.  

Reporter : Niken Paramita
Redaktur : Indah Wulandari