Selasa , 02 Dec 2014, 06:00 WIB
Mendikbud: Pendidikan Indonesia Gawat Darurat
Mendikbud Anies Baswedan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyebut pendidikan Indonesia gawat darurat. Hal ini disampaikan Anies dalam pertemuan dengan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten, dan Kota se-Indonesia di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senin (1/12).

Anies menjelaskan tren kinerja Indonesia pada pemetaan PISA dari tahun 2000-2012 stagnan. "Potret selama 12 tahun datar, sementara yang lain sedang bertarung melawan dunia. Ini adalah proyeksi kita ke depan, kita harus berubah melihat potret ini," ujar Anies.

Data itu menuliskan, 76 persen anak Indonesia di PISA tidak mencapai level dua, level minimal untuk keluar dari kategori low achievers. Sementara anak yang mencapai level tertinggi hanya 0,3 persen.

Data itu juga menyebutkan minat membaca anak Indonesia masih sangat rendah. Hanya satu dari 1.000 orang Indonesia yang punya minat baca, atau 0,001 persen."Stagnansi ini harus kita renungkan, kita harus berubah," tambah Anies.

Data lain yang diungkapkan Anies dalam pertemuan ini antara lain 75 persen sekolah Indonesia tidak memenuhi standar minimal pendidikan. Ditambah, nilai uji kompetensi guru Indonesia hanya 44,5 dari standar yang diharapkan 70 persen.

Indonesia, dilanjutkannya, menduduki peringkat ke-40 dari 42 negara pad pemetaan TIMSS bidang literasi sains. Peringkat 49 dari 50 negara pada pemetaan mutu pendidikan tinggi. Dan posisi ke-40 dari 40 negara pada pemetaan the learning curve.

"Apa yg terjadi sama kita sampe terjadi seperti ini. Ini yang memberatkan. Fakta ini pahit tapi harus kita ungkapkan," katanya.

Karena itu, Anies mengajak kepada semua insan pendidikan untuk melakukan revolusi pendidikan. Melakukan perubahan besar tanpa saling menyalahkan.

"Kita dalam kondisi yang gawat. Jangan mulai saling menyalahkan. Ini tugas kita sama-sama. Kita harus berubah, langkah yang harus kita kerjakan jangan tanggung," ujar Anies.

Reporter : niken paramita
Redaktur : Taufik Rachman