REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama dengan Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar Revitalisasi Tradisi Lisan: Bonet di Kupang. Kegiatan yang diikuti oleh 40 siswa dari 10 SMA dan SMK di Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS) ini merupakan upaya untuk untuk terus melestarikan budaya lisan daerah.
Dikesempatan ini pakar dan praktisi tradisi Bonet pun hadir. Tidak hanya Bonet, mereka mengajarkan dan memberikan pelatihan tentang musik Juk, musik Gong dan tarian Natoni. Selama lima hari pelatihan, para peserta pun kemudian mementaskan hasilnya di area hari bebas kendaraan bermotor di Jalan Raya El Tari, NTT. Pementasan Bonet ini pun mendapat sambutan positif dari warga Kupang.
Bagi masyarakat di Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS), Bonet merupakan jenis tuturan berirama atau puisi lisan yang sering dilagukan. Melalui Bonet masyarakat mengekspresikan dan mengungkapkan perasaan melalui syair dan pantun pada upacara adat.
Tuturan Bonet membentuk satuan-satuan berupa penggalan yang ditandai dengan jeda. Satuan ini membentuk bait atau kuplet. Ciri-ciri Bonet antara lain jumlah lariknya tidak selalu sama dan ada pengulangna bentuk.
Berdasarkan isi dan fungsinya, Bonet dibedakan atas empat jenis. Yakni boennitu (puji-pujian kepada arwah), boen ba'e (puji-pujian dalam suasana ceria: kelahiran olen, menimang anak ko'an, penyambutan tamu futmanu-safemanu), dan nyanyian kerja (boenmepu).