REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan meminta gedung warisan budaya tetap dirawat dan dijaga kelestariannya. Menurutnya, perobohan gedung warisan budaya turut menghancurkan riwayat gedung tersebut.
"Gedung warisan budaya ini harus dijaga bersama. Ketika ada yang mau merusak warisan budaya, kita harus bergerak cepat," ujarnya saat mengunjungi SMAN 19 Jakarta di Jakarta Barat, Kamis (19/2).
Pernyataan Anies tersebut untuk menanggapi pertanyaan dari Komunitas Historia Indonesia mengenai semakin banyak gedung warisan budaya di Jakarta yang terancam dirobohkan. Anies mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Gubernur DKI Jakarta terkait rencana perobohan sejumlah gedung situs sejarah.
"Kita bisa ngomong dengan Ahok, tempat-tempat ini juga harus bisa dijaga. Kalau ini dihancurkan tidak hanya bangunan yang hancur tapi juga riwayatnya," ungkap Anies.
Bangunan bersejarah, lanjut Anies, yang berada di kawasan Kota Tua Jakarta Barat telah masuk ke daftar warisan budaya dunia tentative UNESCO pada 28 Januari 2015. "Tahun depan semoga diputuskan UNESCO," ujarnya.
Dengan masuknya kawasan tersebut dalam situs warisan budaya dunia (world heritage), Anies meyakini wisatawan mancanegara (wisman) akan semakin banyak yang datang ke Indonesia. Menurutnya, sekitar 60 persen wisman yang datang ke Indonesia didorong ketertarikan budaya. sekitar 30 persen wisman tertarik keindahan alam Indonesia. Sisanya, karena berbagai alasan. Karena itu, dia meminta kekayaan budaya Indonesia termasuk gedung bersejarah tetap dilestarikan.
"Kalau bukan kita yang rawat kekayaan budaya, lalu siapa lagi? Mari jaga bersama-sama," ungkapnya.
Pendiri Komunitas Historia Indonesia Asep Kambali mengungkapkan salah satu bangunan yang terancam dirobohkan adalah gedung Tiong Hoa Hwee Koan yang saat ini digunakan sebagai gedung SMAN 19 Jakarta di Jalan Perniagaan, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Saat ini, gedung tersebut masih mempertahankan konstruksi yang dibangun sejak sekitar abad 19.
"Penjaga sekolah bilang gedung sekolah ini juga akan dirobohkan," ujar aktivis pelestari warisan sejarah dan budaya itu.
Gedung tersebut, menurutnya, sangat bersejarah karena menjadi tempat pertama kali berdiri organisasi Tionghoa modern di kota Batavia pada 17 Maret 1900 yakni Tiong Hoa Hwee Koan atau perhimpunan Tionghoa. Setahun kemudian perhimpunan itu mendirikan sekolah modern pertama yang disebut Tiong Hoa Hak Tong. Dalam perjalanan sejarahnya, sekolah tersebut ditutup oleh pemerintah Orde Baru dan bangunannya diambil alih menjadi sekolah negeri dengan nama SMAN 19 Jakarta. Di gedung tersebut, juga menjadi tempat SDN Tambora 01 Pagi.
Dengan kondisi itu, Asep meminta Kemendikbud untuk berkomitmen menjaga kelestarian gedung bersejarah yang saat ini terancam dirobohkan.