REPUBLIKA.CO.ID, Pola pembelajaran Kurikulum 2013 dirancang agar anak aktif dan kreatif. Memasuki tahun kedua putrinya menjalani Kurikulum 2013, Aris Syabani, ayah dari Aika Azka Syadza Alzena, yang saat ini duduk di kelas 2 SD Pengasinan 02 Bekasi Timur, mengaku harus ikut-ikutan menambah wawasannya untuk menjawab keingintahuan putri tercintanya ini.
Menurut Aris, putrinya saat ini jadi lebih percaya diri, aktif, dan memiliki banyak teman baru. Padahal, Aika merupakan siswa pindahan dari Cilacap dimana sekolahnya disana juga merupakan sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 di Tahun Pelajaran 2013/2014 lalu. Meskipun pindah sekolah, nampaknya hal tersebut tidak berpengaruh banyak dalam kesehariannya. Putri pertama dari pernikahannya dengan Yuni Dewi Rasih ini dapat menyesuaikan diri dengan cepat. “Awalnya ada kekhawatiran anaknya nervous. Ternyata di luar dugaan dia lebih pede,” tutur Aris di Jakarta baru-baru ini.
Hampir setiap hari, Aika menanyakan berbagai hal kepada kedua orang tuanya. Terkadang, untuk menjawab pertanyaan yang sangat detil Aris dan istrinya juga harus berselancar di internet untuk mencari jawaban. Untuk urusan kreativitas, Aris kerap mendapat keluhan dari sang istri yang harus mencari material untuk membuat karya pekerjaan rumah putrinya. “Walau harus mencarikan material-material itu, tapi tidak sampai mengganggu ekonomi keluarga,” kata Aris.
Aika baru memulai tahun pelajaran baru di sekolahnya beberapa hari lalu. Dan saat ini, Aika sudah menerima buku Kurikulum 2013 yang diberikan gratis kepada siswa. Sebagai orang tua, Aris mengaku senang anaknya tidak harus membawa beban berat buku yang harus dibawa ke sekolah. Dengan Kurikulum 2013, anaknya melangkah riang setiap hari. “Jadi dia tidak merasakan sakit pundak yang sering dirasakan anak-anak yang membawa buku banyak setiap hari,” katanya.
Untuk urusan penilaian, Aris yang telah berpengalaman selama dua semester ini mengaku sempat terkejut awalnya karena tidak lagi menemukan angka dan rangking di rapor Aika. Melainkan lebih banyak tulisan yang menggambarkan keseharian putrinya di sekolah. Karena belum terbiasa, Aris masih melihat metode penilaian angka masih lebih baik. Dengan angka, ia mengaku bisa melihat kemampuan Aika secara kongkret.
Menjawab keterkejutan Aris, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemdikbud, Ibnu Hamad menjelaskan, pola penilaian di Kurikulum 2013 dirancang agar guru bisa melihat potensi setiap siswa. Karena potensi dan bakat siswa pasti berbeda, mereka perlu diarahkan agar dapat menggali dan mengembangkan potensinya secara maksimal. “Harapannya setiap siswa nanti bisa menjadi juara sesuai dengan minat dan bakatnya, tidak lagi diberi award dengan angka,” katanya.