REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI - Banyuwangi punya tradisi unik menyambut para perantau setiap libur Lebaran. Namanya, Diaspora Banyuwangi. Tahun ini, acara melepas kangen dan bernostalgia bersama itu akan digelar di Pendopo Kabupaten, Jumat, 8 Juli 2016.
Tradisi ini selalu sukses mengundang ratusan diaspora untuk hadir. Mulai perantau yang datang dari dari Kalimantan, Jakarta, Bandung, Batam, Bali hingga Taiwan, semua ada. Bahkan Menteri Pariwisata Arief Yahya, yang merupakan putra asli Banyuwangi, selalu menyempatkan diri untuk hadir di Pendopo Kabupaten.
Para diaspora Banyuwangi itu bersilaturahim bersama sekaligus menikmati kuliner lokal seperti rujak soto, ayam kesrut, pecel pitik, dan sego cawuk. Bukan hanya disuguhi masakan tradisional Banyuwangi, para perantau juga diajak bernyanyi bersama lagu lawas Banyuwangi.
"Kami undang semua diaspora yang tengah pulang ke kampung halaman untuk hadir di pendopo. Kami ingin mempererat tali persaudaraan antar warga Banyuwangi, meskipun mereka domisilinya saling berjauhan," kata Bupati Banyuwangi, Azwar Anas, Senin (4/7).
Untuk edisi 2016, Menpar Arief Yahya dijadwalkan hadir. Dia mendorong Bupati Abdullah Azwar Anas dan Kab Banyuwangi untuk maju dan melompat lebih tinggi. "Saya percaya CEO Commitment itu paling menentukan pengembangan destinasi pariwisata, selain rumus 3 A, atraksi, akses dan amenitas itu," kata Arief Yahya.
Untuk urusan pariwisata, kabupaten berjuluk Sunrise of Java itu berani mematok target kunjungan 50 ribu wisman. Angka yang terbilang sangat realistis mengingat di 2015, Banyuwangi mampu mendatangkan 40.000 wisman. Sedangkan untuk wisatawan domestik ditargetkan tembus 2 juta orang.
Angkanya juga ikutan naik bila dibandingkan 2015 yang jumlahnya mencapai 1,7 orang. Laju pertumbuhan ekonomi pun langsung terasa. Dari data BPS, nilai akomodasi dan makan minum yang berhubungan dengan bisnis kuliner serta hotel mengalami peningkatan. Pada 2014, angkanya mencapai Rp 1,19 triliun. Angkanya sudah jauh terdongkrak naik bila dibandingkan 2010 yang baru menyentuh Rp 666 miliar.
Soal potensi pariwisata tadi akan ikut dibahas pada forum diaspora 2016. Selain jadi ajang melepas kangen, tradisi ini akan digunakan untuk menjaring masukan dalam pembangunan daerah. "Kami ingin, di mana pun para warga Banyuwangi berada, di berbagai kota atau di luar negeri, mereka tetap bisa berpikir dan berkontribusi untuk Banyuwangi. Membangun perbincangan positif di kalangan publik luas sangat penting untuk menarik minat wisatawan dan investor," ujar Anas.
Anas menambahkan, diaspora Banyuwangi adalah jembatan untuk memasarkan potensi produk dan wisata daerah. Para warga Banyuwangi di berbagai daerah tetap bisa berkontribusi untuk pengembangan daerah. Misalnya, yang berprofesi sebagai pengusaha, bisa membangun jejaring pemasaran dengan pengusaha yang ada di Banyuwangi.
"Mereka juga diharapkan menjadi duta untuk memasarkan dan mempromosikan produk UMKM serta destinasi wisata Banyuwangi," tutur Anas.