REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI – Momen Diaspora Banyuwangi, Jumat (8/7), tak hanya menjadi ajang silaturahmi sesama perantau yang mudik ke Banyuwangi. Di sela ajang silaturahmi Idul Fitri itu, disisipkan agenda penandatanganan MoU antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi dengan pemerintah desa. MoU ini berisi pencanangan seribu homestay untuk mendukung sektor pariwisata Banyuwangi. Penandatanganan MoU ini dikawal langsung oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Bupati Banyuwangi Azwar Anas.
“Kementerian Pariwisata mendorong pembangunan homestay di daerah-daerah wisata untuk memberi alternatif tempat menginap bagi wisatawan. Dan kami bekerjasama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kempupera) serta BTN (Bank Tabungan Negara) untuk mewujudkan seribu homestay di Banyuwangi,” ujar Menpar Arief Yahya saat memberikan sambutan pada acara halal bihalal Diaspora Banyuwangi, Jumat (8/7).
Ada 17 desa/kelurahan yang ditunjuk sebagai area pengembangan homestay di Banyuwangi. Desa yang ditunjuk merupakan desa-desa yang memiliki potensi wisata dan kearifan lokal. Desa tersebut antara lain Kelurahan Temenggungan (Kecamatan Banyuwangi), Gombengsari (Kalipuro), Desa Bakungan dan Kampunganyar (Glagah), Banjar dan Tamansari (Licin), Kandangan (Pesanggaran), Sumberasri (Purwoharjo), dan Kalipait (Tegaldlimo). Sebanyak 17 kepala desa dan lurah tersebut langsung menandatangani perjanjian kesanggupan untuk mengembangkan homestay yang berwawasan lingkungan.
"Desainnya harus mencerminkan kearifan lokal. Intinya bangunan yang khas Indonesia,” kata dia.
Bagaimana dengan skema pembiayaannya? Berapa bunga yang akan dibebankan kepada masyarakat yang ingin membangun homestay di 17 desa/kelurahan yang ditunjuk sebagai area pengembangan homestay di Banyuwangi? Arief menjamin semuanya akan mudah dan murah. Ada sejumlah BTN yang ikut digandeng untuk membiayai program tersebut. Para warga desa yang akan membangun homestay, dijamin akan dibantu pembiayaannya dari bank plat merah tersebut dengan cicilan dan bunga yang sangat ringan.
“Biayanya akan murah sekali. Skemanya, cukup membayar uang muka 1 persen dengan bunga fixed 5 persen. Tenornya hingga 20 tahun,” kata menteri yang merupakan putra asli Banyuwangi itu.
Gayung pun bersambut. Bupati Banyuwangi Azwar Anas mengutarakan dukungannya terhadap program Kemenpar yang berbasis masyarakat ini. "Ke depan, arsitektur bangunan homestay akan dibuat dengan arsitektur bergaya Suku Using,” kata Anas.
Saat ini, warga Banyuwangi sudah mulai merasakan imbas positif dari geliat pariwisata. Sekedar info, pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi sudah melonjak sangat tinggi. Dari Rp 20,8 juta yang didapatkan pada 2010, langsung melambung menjadi Rp 37,53 juta di 2015. Gairah peningkatan pariwisata juga ditunjukkan lewat lonjakan jumlah penumpang di Bandara Blimbingsari Banyuwangi yang mencapai 1.308 persen. Angka 7.826 penumpang yang dicapai 2011, langsung naik menjadi 110.234 penumpang di 2015.
“Dengan mengembangkan homestay, warga bisa menyewakannya ke wisatawan sehingga bisa menambah pendapatan. Dengan besaran perekonomian yang terus membesar, dampak ke pendapatan per kapita masyarakat otomatis terdongkrak,” ujarnya.