REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bali masih menjadi lokasi favorit bagi wisatawan Australia yang berkunjung ke Indonesia. Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut turis Australia sudah familiar ke Bali. Karena itu, destinasi lain seperti Banyuwangi, Lombok, Wakatobi, Labuan Bajo, Bromo, termasuk Borobudur Jawa Tengah-DIY juga harus pintar-pintar berkolaborasi dengan industri di Bali, dan promosi menjemput bola di Bali.
"Ini momentum sekaligus untuk mempromosikan Bali and Beyond lebih gencar lagi, agar destinasi di sekitar Pulau Dewata juga ikut maju. Bali menjadi hub city, setelah menikmati Bali baru di distribusi ke luar Bali," kata dia.
Arief Yahya menyebut 10 Bali Baru juga secara simultan mulai diperkenalkan ke publik Australia. Apalagi 7 dari 10 top destinasi itu memang dikemas untuk wisata bahari. Diantaranya, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Mandalika, Wakatobi, Kepulauan Seribu dan Morotai.
2 Bulan Ini, Indonesia Jadi Tujuan Wisata Favorit Warga Australia
Wisata bahari oleh Menpar Arief Yahya dibagi tiga besar. Pertama zone atau wisata bentang pantai. Kedua, underwater atau wisata bawah laut. Ketiga, sea zone, wisata antar pulau yang biasa dilakukan dengan yacht, atau perahu pesiar. "Turis Australia suka dengan tantangan di tepi pantai, dengan ombak dan surfing. Kita punya banyak spot baru, dari Banyuwangi, Mentawai dan Nias," katanya.
Arief menyebut, promosi pariwisata dengan tema Bebas Visa Kunjungan, cukup efektif menggaet pasar Australia. Alhasil, dalam dua bulan terakhir Indonesia berhasil mengalahkan Selandia Baru yang selama ini menjadi tujuan wisata favorit warga Australia. Kini, 169 negara bebas visa masuk ke Indonesia, termasuk Australia. Awalnya, hanya 15 negara yang bebas masuk ke Indonesia, lalu menjadi 45 negara dan ditambah menjai 90 negara. Terakhir ditambah lagi maksimal 169 negara.
"International Openess ini sudah masuk dalam salah satu pilar yang dilihat oleh World Tour and Travel Competitiveness Index sebagai salah satu nilai ukur," ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Dia mengatakan fasilitas bebas visa dinilai sebagai salah satu cara untuk mendatangkan wisman lebih banyak. "Saya selalu menggunakan angka, tanpa angka-angka saya tidak bisa mengukur. Jika tidak bisa mengukur sebenarnya saya tidak bisa mengatur? Karena itu angka adalah hal terpenting dalam management. Angka itu juga harus dikeluarkan oleh lembaga kredibel, berstandar dunia," ungkap Arief Yahya.