REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STP) Bandung terus menggenjot peran dan kontribusi nyata untuk memajukan pariwisata nasional. Sekolah di bawah kendali Kementerian Pariwisata (Kemenpar) itu mencoba menggenjot wisata halal melalui aktivitas akademisnya.
"Wisata halal saat ini tengah menjadi sorotan dunia. Beberapa negara sudah menerapkan konsep wisata halal ini. Untuk itu kami juga mulai konsen mengembangkan konsep halal tourism yang pasarnya sedang naik. Caranya kami membentuk Enhai Halal Tourism Centre (EHTC,Red). Itu sudah kami mulai diakhir Juni dan awal Juli ini dan ke depan kami genjot terus,” ujar Ketua STP Bandung, Anang Sutono, belum lama ini.
Namun, bukan berarti menjadikan Bandung sebagai destinasi halal. Setidaknya, ada sebagian segmen halal tourism yang available di Kota Kembang Bandung. STP Bandung sebagai lembaga pendidikan bidang pariwisata memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan wisata halal di tanah air sendiri.
”Jelas tujuannya untuk meningkatkan wisata halal di Indonesia dan tentunya mengembangkan halal tourism,” kata dia.
Peringkat satu negara yang sudah mengembangkan halal tourism destination adalah Malaysia. Indonesia menempati ranking ke-4 setelah Turki dan Uni Emirat. Untuk itu, Indonesia harus bisa bangkit dan mengalahkan negara-negara kompetitor di peringkat dunia tersebut. Seperti diketahui, wisata halal ini menjadi tren di dunia karena juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan menarik.
"Wisata halal ini, bukan berperspektif agama tapi perubahan dan perkembangan perspektif baru pariwisata dunia. Sebagai lembaga bidang pariwisata, Kemenpar menunjuk STP untuk memenangkan wisata halal ini di kancah dunia. Dan kami siap bertarung,” ujar Anang.
Anang memaparkan, EHTC adalah wadah untuk membantu pariwisata Indonesia. Tugasnya adalah melakukan penelitian tentang destinasi wisata halal. Selain itu, menjadi pengembangan komunitas atau membangun sumber daya manusia dan community services.
Wisata halal memiliki beberapa indikatornya. Salah satunya, wisata halal harus memenuhi ekosistem kegiatan wisata yang halal. Baik itu produknya, support pemerintah, infrastruktur, maupun human capital. Indikator tersebut harus saling bersinergi untuk membangun halal tourism.
Jika pariwisata halal ini terus dikembangkan, imbuh Anang, maka pihaknya menargetkan Indonesia bisa mendapat ranking halal tourism destination pertama di dunia, paling lambat pada 2020. “Kami akan betul-betul memaksimalkan EHTC ini. Harapannya target tahun 2020 bisa tercapai, kita menjadi ranking pertama dalam destinasi wisata halal dunia,” katanya.
Di Indonesia, menurut Arief Yahya Menteri Pariwisata RI, ada tiga daerah yang diproyeksikan sebagai destinasi halal. Yakni Lombok NTB, Aceh, dan Sumatera Barat. "Tetapi wisman dari non Timur Tengah ataupun Muslim Malaysia, juga tetap ada. Jangan khawatir, seperti Lombok tetap punya Gili Trawangan, Gili Air, Gili Menu yang untuk pasar Australia, Eropa dan Amerika," kata dia.
baca juga: Penerimaan Mahasiswa Politeknik Pariwisata Palembang Ditutup 29 Juli