REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Kemenpar paham betul, bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kunci dari semua persoalan mendasar di pariwisata.
Menpar Arief Yahya menekankan, memilih orang dulu, baru menugaskan pekerjaan. Istilahnya menentukan who dulu, baru menjelaskan what. Memastikan siapa driver-nya dulu, baru menentukan arah hendak kemana.
"Ya, First Who, Then What! Pilih orangnya dulu, kemudian katakan keinginanmu. Ini ada dalam buku Jim Collins berjudul Good to Great. Ada dua proses besar untuk menggulirkan perubahan dalam organisasi yang hebat, istilahnya Good to Great. Proses pertama adalah build up yang terdiri dari: Level 5 Leadership, First Who then What, dan Confront the Brutal Facts. Proses kedua adalah breakthrough yang terdiri dari: Hedgehog Concept, Culture of Discipline, dan Technology Accelerators," jelas Menpar Arief dalam keterangan resmi yang diterima Ahad (24/7).
Khusus soal First Who then What, banyak pemimpin yang lebih memilih pendekatan First What then Who. "Mereka seringkali terjebak. Mereka sering mengatakan tetapkan visi, misi, dan strategi, baru kemudian dipilih orang-orangnya. Cara itu, berarti masih Kepemimpinan Level 4 (Level 4 Leadership). Nah, untuk mencapai Kepemimpinan Level 5 (Level 5 Leadership), pilihkah First Who then What," katanya.
Karena itulah, soal Sumber Daya Manusia (SDM) Pariwisata, tetap menjadi fokus Menpar Arief Yahya. Jawabannya adalah konsisten menggelar pelatihan dasar SDM Kepariwisataan di berbagai destinasi wisata. Hampir tak pernah putus dan terakhir dilakukan di Candi Dasa Karangasem Bali dari tanggal 22-23 Juli 2016.
”Pelatihan ini adalah lanjutan dari pelatihan-pelatihan sebelumnya. Pelatihan ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan kepariwisataan ke berbagai kalangan agar terjadi pemahaman yang sama dan komprehensif mengenai pariwisata,” ujar Deputi Bidang Kelembagaan Kemenpar, Ahman Sya.
Dalam pelatihan tersebut hadir seluruh peserta yang isinya dari kalangan Pemandu Wisata Selam, Tokoh Masyarakat, Perangkat Desa, Industri Pariwisata, Lembaga Swadaya Masyarakat.
Mereka akan bersentuhan langsung dengan wisatawan, baik mancanegara maupun nusantara. Mereka harus menjadi duta-duta bangsa yang baik, bisa membawakan diri dengan santun.
"Total sebanyak 150 orang," tambah dia.
Ahman Sya menambahkan, pelatihan itu banyak manfaat dan nilai positifnya bagi masyarakat, terutama pelaku Pariwisata. Mereka semakin paham standar pelayanan bagi wisman, baik dari sisi komunikasi, kebiasaan hidup, dan hal-hal yang tak boleh disentuh.
"Tentu, akhir dari pelatihan ini adalah untuk kesejahteraan masyarakat, terutama di kawasan Pariwisata yang dia kembangkan," ujar Ahman Sya.
Dalam materi pelatihan kemarin, imbuh Ahman, wilayah Bali dalam hal ini Karang Asem diunggulkan dalam hal destinasi budaya dan religius.
"Nah, tokoh masyarakat dengan beberapa LSM dan pemuda yang mengikuti pelatihan memiliki tekad yang kuat untuk mempertahankan dan mengembangkan wisata budaya dan religi agar tidak menurun dan terpengaruh oleh budaya barat, itu cakupan luasnya," ujar dia.
Ahman menjelaskan, kendati Bali bisa dibilang mapan Pariwisata-nya namun tetap dibutuhkan komitmen untuk mempertahankan di puncak kejayaan saat ini.
"Mempertahankan jauh lebih sulit dari meraihnya," katanya lagi.
Pelatihan yang sudah ke-50 kali yang digelar di beberapa provinsi. Adapun teknis pelatihan yang dimaksud adalah untuk menjaga kompetensi pemandu wisata sebanyak 10 kali di berbagai provinsi.
Seperti diketahui, tanggung jawab Kementerian Pariwisata (Kemenpar) amat besar. Selain promosi, menggali originasi, mengembangkan destinasi, memperkuat industri, SDM juga merupakan pekerjaan rumah yang tidak bisa dibilang enteng.
Maka Kemenpar tidak mau masyarakat Indonesia kalah dalam perhitungan kualitas SDM. Kemenpar kini memayungi STP Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung dan Bali. Juga punya Akpar Akademi Pariwisata Medan dan Makassar. Kemenpar akan membangun lagi Politeknik Pariwisata di Palembang dan Lombok.
"Jelas tujuannya untuk memperkuat dan memperbanyak tenaga kerja di sektor pariwisata," katanya.
Per-Oktober 2015, imbuh Ahman, pihaknya juga sudah meneken kerjasama dengan Kemenaker dengan target menggenjot 3.040 SDM Pariwisata.
Saat ini, sebanyak 35 ribu SDM sedang dinaikkan level kualitasnya agar mampu menyambut wisatawan dan menghadapi perkembangan global Pariwisata dunia. Saat ini ada 35 ribu SDM dari berbagai profesi, sedang melaksanakan uji kompetensi dari berbagai profesi di seluruh Indonesia.
"Terutama di tiga great yang kami maksimalkan. Great itu adalah, Great Batam, Great Jakarta dan Great Bali," kata dia.