REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN - Akademi Pariwisata (Akpar) Negeri Medan akan segera berubah statusnya menjadi Politeknik. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar dan merespons perkembangan dunia Pariwisata yang semakin dinamis.
“Tahun ini Insya Allah Akpar Medan sudah naik status menjadi Politeknik. Lengkapnya menjadi Politeknik Pariwisata Medan,” ujar Ahman Sya, Deputi Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Kementerian Pariwisata, Ahad, (24/7).
Menurutnya, peningkatan status dari Akademi ke Politeknik ini memang menjadi keharusan. Hal yang tak bisa ditawar lagi. Maklum, daya saing SDM kepariwisataan harus naik. Dengan status politeknik, Kemenpar bisa fokus ke sekolah vokasi. Arahnya S1 dan S2 terapan, tidak akademik seperti perguruan tinggi.
Karena itum selain pendirian Politeknik Negeri Pariwisata baru di Lombok dan Palembang, Kemenpar juga akan meningkatkan status Akademi Pariwisata Medan menjadi Politeknik Pariwisata Negeri Medan seperti yang telah dilakukan untuk Politeknik Pariwisata Negeri Makassar.
“Waktunya tidak lama lagi karena semua persyaratan sudah dipenuhi. Kami tinggal menunggu rekomendasi dari Kemenristek Dikti dan KemenPAN RI sebagai dasar penerbitan SK Menpar,” ujarnya.
Dia menyebutkan, di 2016 ini, Akpar Negeri Medan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Kementerian Pariwisata. Dengan peningkatan status tadi, daya tampung mahasiswanya dapat ditingkatkan minimal 25 persen dari sekarang. Hal ini, sebutnya, untuk memenuhi kebutuhan pasar pariwisata yang terus mengalami perkembangan.
Dari kebutuhan 375 ribu, Indonesia baru bisa memenuhi 125 ribu baik dalam maupun luar negeri. “Jenjang pendidikannya juga ikutan naik, bukan hanya Diploma tetapi juga D4/Sarjana Terapan dan Pasca Sarjana (Magister dan Doktor). Dengan demikian SDM pariwisata Indonesia semakin tinggi pendidikannya dan kualitasnya semakin baik,” bebernya.
Khusus peningkatan kualitas SDM kepariwisataan, Kemenpar juga bekerjasama dengan perguruan tinggi negeri dan swasta yang memiliki program pendidikan pariwisata untuk membangun SDM berkualitas. Bahkan perguruan tinggi yang tidak memiliki program pariwisata pun ikut didorong untuk segera membuka program studi pariwisata. Hasilnya, Universitas Lampung, Universitas Tirtayasa Banten, Politeknik Malang, dan Universitas Papua sudah mulai membuka Diploma Pariwisata.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebut Akpar, STP dan Politeknik Pariwisata yang berada di bawah Kemenpar harus terus berinovasi dan terus maju. Dia mengatakan transformasi ini harus menggunakan standar global dalam menentukan benchmark, sehingga lulusannya betul-betul memiliki kualitas dan kapasitas personal yang siap bersaing di level ASEAN.
“Khusus Akpar Medan yang akan menjadi Politiknik Pariwisata itu harus cepat maju dan berkembang. Pariwisata Sumut dengan ikon Danau Toba membutuhkan lebih banyak anak muda untuk berkiprah dan membangun budaya hospitality yang kuat. Dengan begitu, cocok untuk menggairahkan industri kepariwisataan yang sedang berkembang di sana. Kiprah lulusan sekolah itu sudah ditunggu oleh pelaku usaha dan pebisnis pariwisata,” kata Arief Yahya.
Kampus, kata dia, juga wajib memiliki program pengabdian pada masyarakat. Proses transformasi ini menurut dia pas sebab Danau Toba yang menjadi ikon wisata Medan sedang memerlukan banyak sentuhan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
"Ini timing-nya tepat! Saat Danau Toba sedang membutuhkan sentuhan khusus dalam mengembangkan pariwisata," kata dia.