REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan kembali komitmen dan keseriusan Kemenpar untuk mensupport para CEO mewujudkan sektor pariwisata sebagai pilihan prioritas di Sumatra Barat. Menpar mengingatkan kembali soal CEO Commitment untuk membangun kepariwisataan di Sumbar. Terutama Kawasan Mandeh di Kab Pesisir Selatan, yang sudah ditetapkan sebagai "Raja Ampat"-nya Sumatera.
Soal homestay, Arief Yahya mengalokasikan seribu pondok wisata yang bisa dimiliki dan dikelola oleh masyarakat. Skemanya B to B, business to business, dengan skema pinjaman bank dengan uang muka 1 persen, bunga 5 persen, masa tenor 20 tahun, dengan hitungan cicilan sekitar Rp 800 ribu per bulan. Itu bisa dikompensasi cukup dengan 2 week end saja, Sabtu-Ahad.
"Syaratnya, menggunakan arsitektur nusantara! Kalau di Sumbar ya dengan desain rumah begonjang," tutur Arief menjelaskan short term programme-nya.
Untuk middle term-nya, lanjut Arief, adalah menyiapkan lahan minimal 500 hektar untuk dibangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata. Dia mencontohkan seperti Tanjung Kelayang Belitung, KEK tercepat yang pernah ada dan satu-satunya kawasan pariwisata yang tiga bulan ditanda tangani Presiden Joko Widodo. "Tahap I KEK Tanjung Kelayang menyiapkan lahan 324 hektare, ditandatangani Maret 2016, sudah mulai ground breaking untuk hotel bertaraf internasional bulan Agustus - September 2016," tutur dia.
Contoh lain adalah Badan Otoritas Pariwisata (BOP) Danau Toba Sumatra Utara. Ada tujuh bupati yang sudah kompak membangun pariwisata di Toba. "Kini sudah disiapkan 500 hektare untuk membangun amenitas, untuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata yang akan mendapatkan banyak insentif, baik pajak maupun fiskal," tandasnya.
Sedangkan soal long term-nya, Menpar Arief Yahya menyebut ada investor dari Timur Tengah yang mulai tertarik dengan Mandeh. Jika mereka berinvetasi ke Sumbar, sudah hampir pasti mereka akan membawa pasar Timur Tengah ke sana. "Mandeh juga relatif dekat dari domestik market utama Jakarta. Penerbangan tidak lama, dan relatif murah dibandingkan dengan wisata bahari Raja Ampat," ungkapnya.
Tersirat, Menpar meminta kepada CEO di Sumbar untuk bergerak lebih cepat, membangun pariwisata di sana. "Pariwisata adalah cara yang paling cepat, paling mudah dan paling murah untuk mendapatkan devisa! Bedanya devisa yang dihasilkan dari pariwisata itu diambil di dalam negeri. Jadi, tidak ada pilihan yang lebih baik dan lebih cepat untuk mensejahterakan Sumbar, selain pariwisata," katanya.
baca juga: Lapis Legit Sabet Runner Up di Festival Makanan di Azerbaijan