REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Kelayang dipastikan akan dimulai pada 2 September 2016. Pembangunan tersebut akan ditandai dengan peletakan batu pertama (ground breaking) oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Tanjung Kelayang ditetapkan sebagai KEK Pariwisata oleh Presiden Joko Widodo melalui Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2016, pada 15 Maret 2016 lalu. Praktis, realisasi pembangunan dimulai hanya dalam waktu lima setengah bulan sejak penetapan tersebut.
KEK Tanjung Kelayang menjadi KEK yang realisasi pembangunannnya paling cepat di Indonesia karena pembangunan sembilan KEK lainnya baru dimulai 2-3 tahun sejak ditetapkan sebagai KEK melalui Peraturan Pemerintah. Seperti KEK Sei Mangkei, KEK Tanjung Lesung, KEK Morotai dan KEK Tanjung Api-api yang peletakan batu pertama baru dilaksanakan 3 tahun setelah ditetapkan sebagai KEK.
Menpar Arief mengatakan, pembangunan KEK Tanjung Kelayang sangat cepat terealisasi berkat kerja sama yang baik antara pemerintah pusat dengan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Pemerintah Kabupaten Belitung. "Ini adalah wujud konkrit sinergi yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah," katanya.
Pembangunan KEK Tanjung Kelayang, lanjut Arief Yahya, juga segera terealisasi berkat komitmen Konsorsium Belitung Maritime Silk Road (BMSR) sebagai pengembang dan pengelola. Konsorsium yang dimotori Dharmawangsa Group ini dinilai bukan hanya memiliki nama besar sebagai investor, tetapi juga komitmen serta reputasi yang tinggi dan teruji.
“Akselerasi pembangunan di sebuah kawasan akan berjalan cepat jika investornya punya nama, komitmen dan reputasi besar,” ujar Arief.
Selain sebagai KEK Pariwisata, Tanjung Kelayang juga merupakan satu dari 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Nasional. Kawasan yang memiliki pantai eksotis nan mempesona ini sering disebut-sebut wisatawan sebagai Maldive-nya Indonesia dan diperkirakan akan menjadi Bali kedua di Indonesia.
Pembangunan KEK Tanjung Kelayang di atas lahan seluas 432 hektare beserta infrastruktur pendukungnya, seperti perpanjangan landasan pacu bandara, pembangunan instalasi air bersih, peningkatan kapasitas listrik dan perluasan jalan diperkirakan menelan biaya sekitar Rp 20 triliun. KEK Tanjung Kelayang mengusung konsep pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Setelah peletakan batu pertama pada 2 September 2016, Konsorsium Belitung Maritime Silk Road akan langsung melakukan pembangunan tahap pertama berupa pembangunan resort dan hotel standar internasonal. Pada tahap selanjutnya akan dibangun lebih dari 10 jenis fasilitas pariwisata, seperti Marina and Marine Centre, Residential Villas, Equestrian Resort Villas, Polo and Equestrian Club serta Natural Farm Homestay yang seluruhnya bertaraf internasional.
Pascapembangunan, kawasan ini diproyeksikan mampu mendatangkan 500 ribu wisatawan mancanegara ke Belitung atau meningkat 50 kali lipat dibanding kunjungan wisman pada 2014. Kawasan ini diharapkan menjadi salah satu penopang target pemerintah pusat mendatangkan 20 juta wisman ke Indonesia pada 2019.