REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG – Menteri Pariwisata Arief Yahya terpilih sebagai 'Tokoh Publik dengan Karya Inspirasional' dalam ajang The 5th Indonesia Public Relations Awards & Summit (IPRAS) 2016 versi Serikat Perusahaan Pers Pusat (SPS). Sepuluh Top Destinasi Prioritas atau yang lebih sering dipopulerkan oleh Menpar Arief Yahya sebagai 10 “Bali Baru” rupanya mengundang perhatian serius SPS.
Organisasi yang dulu bernama Serikat Penerbit Surat Kabar dan didirikan di Jogjakarta, sejak 8 Juni 1946 itu mengapresiasi langkah Kemenpar dengan membentuk tim pokja percepatan 10 destinasi. Ini adalah kali kedua, Arief Yahya mendapatkan anugerah penghargaan dari SPS Pusat yang memiliki lebih dari 471 anggota (perusahaan media cetak) di 30 cabang di Indonesia itu.
Tahun lalu, 2015, Arief Yahya dengan berbagai terobosan di Kemenpar juga menerima award serupa di Gedung Dewan Pers, Kebun Sirih, Jakarta. Tahun 2016 ini dewan jurinya cukup kredibel, yakni: Silih Agung Wasesa, Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan PR Indonesia (APPRI), Thoriq Hadad Direktur Produksi Majalah Tempo, Eko Sulistio Deputi IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staff Presiden, Maria Wongsonagoro IPM PR dan Ahmad Djauhar Ketua Harian SPS Pusat.
Bukan hanya sosok personal Arief Yahya yang mendapatkan penghargaan. Kementerian Pariwisata Republik Indonesia juga mendapatkan penghargaan sebagai 'Lembaga Publik dengan Karya Inspirasional'. Mengapa disebut inspirasional? Menurut Ahmad Djauhar, Ketua Harian SPS, program PR yang dirancang dan dilaksanakan mampu menginspirasi dan memberikan pengaruh positif pada khalayak luas.
“Program itu inspirasional juga karena mampu mengkomunikasikan sesuatu visi yang menarik dan dapat meraih kepercayaan public terhadap apa yang sedang dikampanyekan,” kata Ahmad Djauhar yang juga Wakil Pemimpin Umum Bisnis Indonesia itu.
Di forum itu, Menpar Arief Yahya menyampaikan kata kunci bahwa pariwisata adalah penyumbang PDB, Devisa dan lapangan kerja yang paling mudah, murah dan cepat. “Pertama soal PDB, pariwisata menyumbangkan 10 persen PDB nasional, dengan nominal tertinggi di ASEAN. Jarang-jarang kita punya angka terbaik di regional kan? Di sini kita dapat!” kata Arief Yahya.
Kedua, PDB pariwisata nasional tumbuh 4,8 persen dengan trend naik sampai 6,9 persen, jauh lebih tinggi daripada industri agrikultur, manufaktur otomotif dan pertambangan. Ketiga, devisa pariwisata 1 juta dolar AS, menghasilkan PDB 1,7 Juta dolar AS atau 170 persen. Itu terbilang tertinggi dibanding industri lainnya.
“Jadi kalau selama ini orang mengkategorikan industry itu menjadi migas dan non migas, maka kelak industry itu akan menjadi pariwisata dan non pariwisata,” kata Arief.
Saat ini Pariwisata masih menempati posisi ke-4 penyumbang devisa nasional, sebesar 9,3 persen dibandingkan industri lainnya. Tapi, pertumbuhan penerimaan devisa pariwisata itu tertinggi, yaitu 13 persen. Sedangkan industri minyak gas bumi, batubara, dan minyak kelapa sawit yang pertumbuhannya negatif. “Ini penting: Biaya marketing yang diperlukan hanya 2 persen dari proyeksi devisa yang dihasilkan,” kata dia.
Sektor pariwisata itu penyumbang 9,8 juta lapangan pekerjaan, atau sebesar 8,4 persen secara nasional dan menempati urutan ke-4 dari seluruh sektor industri. Dalam penciptaan lapangan kerja, sektor pariwisata tumbuh 30 persen dalam waktu 5 tahun. “Itu pertumbuhan yang sangat signifikan,” ujarnya.