REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Kementrian Pariwisata serius memperbanyak pemandu wisata berbahasa Mandarin. Hal ini disebabkan lantaran jumlah turis Cina yang belakangan membanjiri seluruh penjuru dunia, termasuk di Bali. Saat ini, pemandu wisata atau guide berbahasa Mandarin masih kurang. Ini merupakan salah satu masalah komunikasi yang perlu segera diatasi.
“Saya belum lama berkunjung dalam rangkaian promosi Wonderful Indonesia di Osaka Jepang, Seoul Korea, Singapore, Sydney dan Melbourne Australia. Hampir semua destinasi, dipenuhi turis Cina. Dimana-mana. Masuk akal, karena ada 120 juta outbound Cina tahun 2015, dan tahun 2016 ini naik lagi. Di Bali pun begitu, yang dulu Bali didominasi wisman Australia, tahun 2016 ini sepertinya bakal tergeser oleh wisman Cina," kata Arief Yahya.
Lalu, apakah persoalan guide yang bahasa Mandarin itu tidak pernah terjadi di negara lain seperti Thailand? Tidak. Mereka juga menghadapi problem yang sekarang ini sedang dialami oleh Bali. Banyak wisman Cina kekurangan guide berbahasa Mandarin.
“Di Shanghai pekan lalu, problem itu juga dirasakan oleh tour operator dan tour agency di Tiongkok, problem bahasa. Bedanya dengan Thailand, mereka juga belajar dan sudah mulai banyak yang bisa berkomunikasi Mandarin. Lagi-lagi, ini tantangan kita untuk mengejar ketinggalan dalam hal guide yang bisa berbahasa Mandarin,” kata dia.
Ketua Pokja Percepatan 10 Top Destinasi, Hiramsyah Sambudhy Thaib dalam sebuah acara di Bali mengatakan Kemenpar sangat menyadari soal kekurangan guide ini. Deputi Kelebagaan dan SDM Kemenpar saat ini sedang melakukan percepatan. Bahkan bukan hanya yang berbahasa Mandarin, kami juga menyiapkan guide yang berbahasa Arab untuk pasar Halal Destination, seperti Lombok, Sumbar dan Aceh, yang kondisinya juga kurang.
Deputi Kelembagaan dan SDM Kemenpar, Ahman Sya tantangan soal kebutuhan guide ini bukan wacana lagi, sejak 2 pekan lalu, pihaknya sudah melangkah bersama HPI (Himpunan Pramuwisata Pusat) dan Dinas Pariwisata Provinsi Bali mencari solusi hal ini. Pemprov Bali memberi kemudahan untuk memberikan lisensi pemandu wisata berbahasa Mandarin. Sekarang ada lisensi sementara yang berlaku 1 tahun, dari umumnya 3 tahun.
Selain itu, ada pula pendampingan terhadap pemandu wisata asing oleh HPI. Selanjutnya, melakukan sosialisai kepada biro perjalanan wisata agar dalam hal kebutuhan guide beroordinasi dengan HPI. “Kini sudah ada 585 orang calon guide yang siap diuji oleh HPI. Jadi tinggal menunggu timing, dalam waktu dekat,” kata Ahman Sya.
Apa yang akan dilakukan? Jumlah pemandu wisata yang disiapkan dan difasilitasi Kemenpar tahun 2016 ini ada 1.500 orang. Khusus untuk Great Bali 400, Jakarta 750, dan Batam-Bintan 350 orang. “Khusus Bahasa Mandarin yang sudah dilatih di Bali ada 150 orang, Batam 50 orang. Sedang yang mandiri, melakukan sendiri, belajar sendiri di Bali ada 585 orang. Kebutuhan tahun 2016 untuk seluruh Indonesia ada 1.000 guide,” kata Ahman.
Ketua ASITA, Asnawi Bahar menyampaikan secara nasional, guide resmi sejak beberapa tahun lalu itu ada 1.300 orang. Dengan jumlah itu, sebenarnya cukup memadai untuk menghandle wisman Tiongkok saat ini. “Kita punya banyak guide yang sedang dimagangkan. Tetapi memang jumlah wisman Cina terus naik, karena itu kita harus mengejar ketinggalan,” kata Asnawi.