Jumat , 16 Sep 2016, 13:40 WIB

Luhut: Sektor Migas Meredup, Saatnya Pariwisata Berjaya

Red: Dwi Murdaningsih
ANTARA/Anis Efizudin
Sejumlah wisatawan menikmati keindahan air terjun (wisata air terjun)
Sejumlah wisatawan menikmati keindahan air terjun (wisata air terjun)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menko Maritim Luhut B Panjaitan optimistis saat ini pariwisata sedang menemukan momentum untuk membawa bangsa ini melompat lebih tinggi. Karena itu dia mengingatkan kepada seluruh stakeholder untuk bangkit dan bekerja bersama untuk merebut sukses, membangun kebanggaan bangsa.

Purnawirawan bintang empat ini menyebut, timingnya tepat, di saat sektor yang selama ini menjadi andalan sedang meredup. Baik minyak and gas bumi, batu bara, dan CPO (minyak kelapa sawit), semua sedang turun. “Hanya sektor Pariwisata yang terus naik. Kalian harus bangga menjadi insan pariwisata,” ujar dia, saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) III Pariwisata 2016 di Ecovention, Ecopar Ancol, Jakarta, 15-16 September 2016.

Luhut yang juga merangkap jabatan Menteri ESDM itu mengakui minyak dan gas itu turun dramatic, dan diperkirakan akan terus merosot hingga 2050. “Ini kesalahan kita juga. Ada miss management, tetapi by design. Problemnya rata-rata sama, soal regulasi dan peraturan-peraturan. Ini yang sedang kami sisir, untuk dibereskan,” kata Luhut dengan lugas.

Dua hal yang paling cepat untuk menaikkan revenue negara. Pertama, perikanan yang saat ini sudah benar, ditegasi dulu, baru didorong untuk maju dan menaikkan produksi. Kedua, pariwisata yang paling cepat, murah, dan berkelanjutan. “Batak (Festival Danau Toba 2016, red) itu, baru ngomong saja sudah langsung jalan! Kalau Minyak? Sekarang ngomong, 5 tahun lagi baru eksplorasi dan belum langsung menghasilkan. Karena itu saya yakin, pariwisata akan maju pesat,” kata Luhut.

Dia juga mengingatkan kepada Direksi Garuda Indonesia agar lebih agresif membantu pencapaian target 20 juta 2019. “Itu saya lihat Air Asia berani ditarget 6 juta penumpang. Lion Air juga berani 6 juga wisatawan. Mana Garuda? Harusnya berani 6 juta juga. Kalau nggak mencapai, bahaya juga lho,” kata Luhut.

Luhut juga menyebut rata-rata biaya angkut atau logistik mencapai 14,1 persen. Itu menandakan, sistem pengangkutan barang tidak boleh lebih dari 5 persen. Di Jepang hanya 4,9 persen. Jabodetabek malah lebih mahal, 15,3 persen, Surabaya 13,7 persen, Medan 15,6 persen, Makasssar 11,7 persen.

“Begitu juga dengan regulasi private jet, yacht, cruise, semua sudah di-deregulasi. Saya kontak dengan otoritas di Singapore, berapa biaya sandar, berapa service, jauh lebih murah dan lebih cepat. Karena itu, saya minta standarnya harus sama dengan Negara tetangga. Kalau nggak, kita nggak bisa bersaing,” kata dia.

Luhut menyadari, dunia digital itu sangat penting dan ke depan akan semakin digital di semua sektor. “Saya pernah membeli tiket penginapan atau hotel. Tiba-tiba Anak saya berkata, saya bisa beli barang yang sama, dengan harga yang jauh lebih murah. Dengan online,” kata dia.

Luhut meminta kepada semua stakeholder agar memperbaiki destinasi di daerahnya. Dia berharap terus meningkatkan sarana maupun prasarana yang ada di seluruh area Pariwisata. ”Pariwisata juga memang harus bisa masuk level atau tingkat dunia, standard dunia. Contoh kecil seperti toilet, toilet kita harus paling bersih agar wisatawan nyaman,” katanya.

Go Digital Jadi Kunci Indonesia Unggul di Sektor Pariwisata

Hal senada diungkapkan Menteri Pariwisata Arief Yahya. Digital bakal membawa gerbong Kementerian Pariwisata RI melompat jauh menuju target menjaring 20 juta wisatawan di 2019. Caranya, Go Digital. Jurus ini, akan dibahas ratusan stakeholder pariwisata nasional di perhelatan tersebut. Berlokasi di Ecovention, Ecopar Ancol, tema 'Go Digital Be The Best' itu akan diangkat menjadi new hope Wonderful Indonesia untuk naik panggung sebagai the best digital marketing in the world. Nomor satu di dunia, menyentuh semua orang di muka bumi. Dan yang utama, Wonderful Indonesia harus tumbuh dan menyalip dua rival utama, Malaysia Truly Asia dan Amazing Thailand.