REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Bahasa adalah tantangan paling mendesak bagi Kemenpar untuk menarik turis Cina ke tanah air. Ini juga bagian dari kelemahan Indonesia dibandingkan dengan Thailand dalam menjaring wisman Cina.
Thailand lebih banyak yang bisa berbahasa Cina, lebih dekat dengan Cina, dan papan-papan namanya juga sudah lama dibuat banyak bahasa, diantaranya Mandarin. Ketika volume arus wisman Cina ke tanah air mulai melimpah, problem itu semakin kelihatan nyata. Jumlah tour guide Mandarin kurang, interpreter kurang, petugas hotel, bandara, restoran, pelayan toko, jasa transportasi, semua serba terbatas. Sedangkan belajar bahasa Mandarin, butuh waktu lama.
"Baidu rupanya punya solusi bagus. Mereka buat Baidu Maps, semacam Google Maps-nya Cina yang detail dan presisi," kata Menteri Paiwisata Arief Yahya.
Baidu Maps Jadi Solusi Problem Bahasa Wisman Cina ke Indonesia
Baidu Maps yang di layar ditandai dengan tulisan "Du" itu interaktif. Tidak harus mengetik kata-kata ke websitenya, tetapi bisa via voice atau suara. Aktifkan aplikasi recordernya, tinggal sebut sesuatu. Baidu dengan segala keunggulannya, menampilkan dengan cepat apa saja yang kita cari.
"Teknologi bisa melayani kebutuhan yang amat personal, yakni bahasa," kata Arief.
Mereka juga punya teknologi penerjemah yang mirip aplikasi yang disediakan Google Translate. Bisa diketik, bisa suara, bisa discan atau difoto, yang langsung dialih bahasakan. Aplikasi translate dan maps itu benar-benar menerobos barikade persoalan bahasa yang kerap membuat turis tidak punya nyali untuk eksplorasi alam dan budaya di setiap destinasi. Mereka semakin nyaman, karena ada guide digital yang sudah online dan bisa mencari info tentang apa saja yang dibutuhkan turis.
"Ini momentum Go Digital, dan Kemenpar serius mendigitalisasi di semua lini. Membangun hardware itu butuh waktu panjang, kami fokus menuntaskan yang bisa menjadi quick win, yakni menyiapkan software dan teknologinya, sambil membangun infrastruktur prioritas," kata Arief.
Staf Khusus Bidang IT Samsriyono Nugroho mengatakan Kemenpar saat ini juga mendesain untuk mengkoneksikan Baidu Travel dengan Indonesia Travel X-Change (ITX) digital market place nya Indonesia. Menurut Sam, saat ini Expedia, Booking.com dan Ticket.com sudah LoI dengan ITX dan sudah proses teknis integrasi. CTrip diharapkan juga bisa connect, ITX sebagai penyedia layanan paket-paket khusus yang brlum dibuat oleh CTrip, sehingga jangkauannya lebih luas di semua lini.
Sam juga menambahkan, saat ini industri yang sudah mengajukan LoI aggregator antara lain, Hotel MG Holiday dg 5000 hotel, Swiss Bell ada 60 property, 3 Hotel Trans Luxury, Istana Maimun, TWC, Trans Studio, Jungleland, ITDC Nusa Dua. "On progress GWK - Garuda Wisnu Kencana. Untuk selanjutnya siap kita susun by destinasi," kata Samsriyono.