REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan pelaksanaan Festival Pesona Palu Nomoni (FPPN) tahun mendatang akan dibarengkan dengan Hari Pariwisata Dunia, 27 September.
"Sejak diluncurkan 20 Juni 2016, FPPN sudah mendunia dan sudah menjadi trending topic. Untuk itu, saya memutuskan FPPN akan dijadikan sebagai kegiatan nasional yang akan dilaksanakan sekitar tanggal 27 September setiap tahunnya," kata Arief saat membuka secara resmi FPPN di Palu, Sabtu malam (24/9).
Menurut Arief, FPPN merupakan salah satu festival paling lengkap di Indonesia.
Palu, dinilainya, mempunyai modal untuk menjual destinasi wisata yang dimilikinya. Untuk menjualnya, kata dia, diperlukan suatu kegiatan yang berskala internasional.
Selain itu, ia mengemukakan, ada beberapa hal yang perlu disiapkan dan dimaksimalkan, diantaranya Sulteng khususnya Palu harus memiliki bandara dan pelabuhan internasional.
"Yang lebih mudah dan penting adalah bandara internasional karena hampir semua masyarakat Indonesia lebih mudah menggunakan jasa angkutan udara," ujarnya.
Menpar berharap dalam lima tahun ke depan Bandara Mutiara Sis Aljufri Palu dapat menjadi bandara internasional.
Sementara itu, Ketua Panitia FPPN yang juga Wakil Wali Kota Palu Sigit Purnomo Syamsuddin Said (Pasha Ungu) mengatakan bahwa pelaksanaan FPPN merupakan bagian dari memperkenalkan Kota Palu sebagai kota jasa, berbudaya dan beradat dilandasi iman dan taqwa.
"Ini dilakukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Palu di bidang industri kecil menengah (IKM) dan usaha kecil menengah (UKM)," kata pejabat yang juga pemusik itu.
Dalam festival kali ini, menurut Sigit, akan diperkenalkan alat musik tradisional Suku Kaili, yakni lalove dan gimba. Akan ada atraksi 520 orang peniup lalove dan 1.040 penabuh gimba (gendang).
Atraksi ini akan mencatat rekor penabuh gimba serta peniup lalove terbanyak dan terpanjang, yakni 7,2 kilometer, di Kota Palu.
"Ada juga penampilan tujuh komunitas etnis di setiap panggung pertunjukan, yakni Bali, Jawa, Tionghoa, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Gorontalo, serta satu panggung religi," katanya.