REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA – Menteri Pariwisata Arief Yahya M.Sc bangga dengan reputasi 'zero unemployment' lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua Bali, saat mewisuda 603 lulusan, Kamis (29/9). Dari jumlah itu, 230 lulusannya, atau 38,14 persen di antaranya sudah bekerja di industri Pariwisata, sehingga punya masa tunggu 0 bulan. Sisanya, hampir pasti sudah terserap di dunia pekerjaan yang terkait dengan kepariwisataan.
Di Wisuda XXII itu, selain mengantongi ijazah, para wisudawan dan wisudawati juga memperoleh sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Pihak Pertama (LSP P1) STP Nusa Dua Bali. Sertifikat itulah yang penting sebagai jaminan kepada pengguna tentang kemampuan dan kompentensi mereka. Itu akan mempermudah industri di dalam rekrutmen tenaga kerja lulusan Sekolah Tinggi yang dikelola Kementerian Pariwisata ini.
“Akan istimewa jika 10 persen dari lulusan STPNDB ini menjadi entrepreneur, berwirausaha,” kata Arief Yahya.
Menjadi entrepreneur di sektor pariwisata itu, kata Arief, bisa menaikkan remunerasi atau pendapatan mereka. Juga bisa mendorong terciptanya lapangan pekerjaan baru, yang menjadi salah satu concern pemerintah. “Saya akan bantu, mencarikan jalan keluar, jika problemnya terkait dengan akses ke lembaga perbankan untuk modal,” kata Arief Yahya.
Arief mengarakan ada beberapa alasan mengapa generasi muda harus berani mengambil risiko sebagai entrepreneur. Pertama, pemerintah semakin jelas dan tegas arah kebijakannya, yakni mendorong pariwisata sebagai sektor prioritas. Karena itu, ke depan industri yang terkait dengan sector ini, akan mendapat angin untuk tumbuh berkembang lebih pesat.
Kedua, pariwisata masuk dalam kategori cultural industry, yang ke depan bakal menjadi primadona di gelombang keempat revolusi industri. Gelombang pertama, era agriculture atau pertanian. Lalu gelombang kedua, manufacturing, pabrik, mekanisasi. Gelombang ketiga teknologi informasi.
Ketiga, Menpar mengingatkan bahwa dalam era persaingan SDM ke depan itu, siapa yang cepat akan menyalip yang lambat, bukan yang besar mengalahkan yang kecil. Karena itu, persiapkan diri dengan go digital dan technology friendly. “Jika ingin bersaing di pasar global, gunakan selalu global standart. Bangsa kita mampu dan bisa bersaing di sana,” kata dia.
Ketua STP Nusa Dua Bali, DGN Byomantara menjelaskan, terserapnya lulusan di pasar tenaga kerja pariwisata di luar negeri membuktikan bahwa kualitas lulusan STP Nusa Dua Bali memiliki daya saing secara internasional. Institusi ini telah disejajarkan dengan lembaga pendidikan kelas dunia melalui akreditasi Tedqual oleh Themis Foundation UNWTO. Pengakuan dunia juga diberikan City and Guilds London.
“STP Nusa Dua Bali telah menjadi City and Guilds Centre yang dapat melaksanakan sertifikasi kualifikasi yang diakui di Eropa dan Australia,” kata pria yang akrab disapa Byo ini.
STP Nusa Dua Bali juga telah menjalin kerjasama dengan berbagai penyalur tenaga kerja di luar negeri, di antaranya PT Sukamulia Mandiri Agung, yang menawarkan kesempatan bekerja di Australia untuk 80 orang chef. Lalu PT Bali Duta Mandiri, dengan program J-1 menawarkan bekerja di hotel berbintang di Amerika Serikat. Juga CTI Group Indonesia yang membantu menyalurkan lulusan untuk bekerja di kapal pesiar.
Bto mengatakan STPNB berkomitmen untuk mendukung upaya pengembangan pariwisata nasional, sehingga dilakukan kerjasama dengan berbagai industri perhotelan di Bali, Jawa timur, Lombok, Jawa Timur, dan wilayah-wilayah lainnya di seluruh Indonensia. Tentu untuk memenuhi kebutuhan tenaga terampil di bidang pariwisata, travel dan hospitaliti.
“Juga mendukung program Kemenpar mengembangkan 10 destinasi pariwisata unggulan, khususnya Mandalika dan Labuan Bajo,” kata dia.
Tahun 2016 ini, lanjut Byo, STP Nusa Dua Bali menginiasiasi dan mendirikan Politeknik Pariwisata Lombok, dengan membuka empat Prodi dan telah menerima 120 mahasiswa untuk menyiapkan kebutuhan SDM Pariwisata yang kompeten bagi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, khususnya pada level supervisor dan pimpinan menengah.