REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf menaggap badan yang dipimpinnya sebagai anak angkat Kementrian Pariwisata. Sebab, menurut dia ekonomi kreatif tidak lepas dari sektor pariwisata.
"Bekraf ini adalah Anak Angkatnya Kemenpar. Kami dengan 16 sub industri kreatif ini komit untuk mendukung Kemenpar dalam memajukan pariwisata Indonesia. Karena itulah kami hadir mendukung Sayembara Arsitektur Nusantara untuk homestay ini bersama Kemenpar," kata Triawan Munaf.
Bahkan, Triawan mengaku masih ada tugas yang sedang dikerjakan untuk Kemenpar. Yakni lomba lagu 10 Top Destinasi Prioritas, yang betul-betul dirancang untuk membangun jatidiri dan karakter daerah. Bukan sekedar lagu jingle untuk promosi saja.
Badan Ekonomi Kreatif adalah lembaga negara baru yang dulunya merupakan bagian dari Kemenparekraf. Dia mempertegas bahwa ke depan pariwisata adalah core ekonomi Indonesia. Inline dengan statemen yang disampaikan Menpar Arief Yahya, hanya pariwisata yang akan membawa bangsa Indonesia mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
"Kami berkomitmen untuk membantu pariwisata Indonesia," ucap dia.
Bagi Kemenpar, komitmen Kabekraf itu sangat bermakna. Sebab, industri kreatif berimpitan dengan industri pariwisata. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan industri kreatif itu ada dua kategori, yang masih berupa creative value dan sudah punya modal commercial value. "Nah, yang masih creative value itu wilayah Bekraf untuk menginkubasi, mendidik sampai siap terjun di pasar bebas. Setelah punya commercial value, sudah siap berkompetisi baru dipromosikan di Kemenpar," kata Arief Yahya.
Semacam start up company, perusahaan yang baru, harus dibina di Bekraf. Karena, kata dia, 95 persen start up company itu gagal, hanya 5 persen saja yang sukses. Kesimpulan ini didapatkan dari Shikhar Gosh, Harvard Business School. Dari 20 start up, hanya 1 yang sukses. Karena itu mereka harus punya strategi besar untuk memenangkan persaingan.
"Ini yang sering saya sebut dengan 3C. Comparative Strategy, Competitive Strategy dan Collaborative Strategy," kata Arief.
Competitive itu melihat dan membedah nilai keunggulan dari proses creating, choosing, costumizing, channeling sampai commercing. Posisinya berada di mana, sudah siap dikomepetisikan atau belum. Comparative yakni membandingkan posisi dengan para pesaing? Lalu Cooperative atau Collaborative, bergabungkan dengan pemenang, atau joint the winner.
"Kalau dalam satu tim sepak bola itu, kan tidak semuanya harus menjadi striker? Kalau sudah ada Messi dan Rinaldo, mengapa kita harus beradu hebat dengan dia sebagai penyerang dan pencetak gol? Kan bisa jadi playmaker di tengah, libero dan stopper di belakang dan kiper penjaga gawang? Tidak harus berebut di posisi striker yang kita menjadi tidak kompetitif," kata dia.