Senin 31 Oct 2016 09:20 WIB

Sumpah Pemuda Dibungkus Nusantara Berdendang di Istana

Red: Dwi Murdaningsih
Pertunjukan wayang golek bertemakan Ramadhan dengan dalang Ki Wawan Ajen pada 'Semarak Wisata Ramadhan 2016' oleh Kementrian Parawisata RI, di Halaman Masjid Pusdai, Kota Bandung, Sabtu (18/6) malam. (Republika/Edi Yusuf)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pertunjukan wayang golek bertemakan Ramadhan dengan dalang Ki Wawan Ajen pada 'Semarak Wisata Ramadhan 2016' oleh Kementrian Parawisata RI, di Halaman Masjid Pusdai, Kota Bandung, Sabtu (18/6) malam. (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suasana Istana Merdeka Jakarta, (28/10) lalu bebeda. Halaman yang biasanya terkesan sepi manusia, hanya terlihat sosok bangunan heritage dengan tangga, pilar-pilar dan lighting yang gagah dan dijaga oleh banyaj Paspampres, berubah menjadi panggung hiburan rakyat. Peringatan Sumpah Pemuda ke-88 kali ini merakyat dalam bungkus 'Nusantara Berdendang'.

Presiden Joko Widodo cukup senang dengan acara yang menggabungkan tari, musik, tari, tata panggung, dengan latar belakang Istana Merdeka yang ditimpa dengan video mapping. "Bagus sekali. Koreografi bagus untuk ukuran panggung yang cukup lebar," sebut Presiden Joko Widodo.

Penampilan Tari Saman menarik, Tarik Kecak Bali juga selalu dinamis. Kolaborasi sesama tarian dengan ritme cepat itu menjadi sensasi yang luar biasa. Ketika salawat Aceh, berdialog dengan cak-cak-cak Bali, ternyata  menggetarkan rasa nasionalis, dan itulah pesan Sumpah Pemuda. Begitupun tari Grandrung Banyuwangi. Formasi bunga merah dan putih melambangkan bendera dalam Satu Nusa Satu Bangsa dan Satu Bahasa, Indonesia.

Wayang Ajen yang dimainkan Ki Dalang Wawan Ajen dari Jawa Barat juga tampil memukau di Kompleks Istana Merdeka Jakarta, Jumat (28/8) malam. Kreasi kreatif Wayang Ajen yang memadukan Wayang Landung Ciamis, Bebegig Ciamis, Wayang Orang Bandung serta transformasi wayang kulit dalam wayang pulo Jogjakarta, membuat sekitar 5000 penonton yang hadir di Istana Merdeka, Jakarta, memberikan applaus.