REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2014-Maret 2015 menyebut terjadi kenaikan signifikan jumlah penduduk miskin sebanyak 73 persen dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia. Menurut data tersebut, sektor pangan dan pertanian dikabarkan menjadi salah satu penyumbang kenaikan tersebut hingga 60 persen. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menampik kenaikan hingga sebesar itu.
"Bukan, bukan 60 (persen), tapi 23 persen," kata dia saat ditemui usai memberi sambutan di acara 'Dialog Nasional Kedaulatan Pangan dan Reformasi Agraria' pada Kamis (17/9).
Kenaikan jumlah masyarakat penduduk miskin dari kalangan petani terjadi meskipun pemerintah mengaku telah menggelontorkan limpahan bantuan kepada petani. Penyebab penambahan jumlah petani miskin tersebut, lanjut Mentan, disebabkan beberapa faktor. Di antaranya terjadi kenaikan harga produksi beras hingga 14 persen dari tahun lalu, tidak ada impor beras dan tidak ada lagi subsidi bahan bakar minyak.
Tiga faktor itulah yang menurutnya menjadi penyebab kenaikan tingkat kemiskinan petani. Menyoal kenaikan biaya produksi petani hingga 14 persen, menurut Mentan itu masih dalam jumlah yang proporsional. "Kalau naiknya 30 persen, itu baru nggak stabil," tuturnya.
Sebelumnya, data BPS juga menyebut pada Maret 2015, jumlah penduduk miskin atau penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia mencapai 28,59 juta orang atau 11,22 persen. Angka tersebut bertambah sebesar 0,86 juta orang dibandingkan dengan kondisi September 2014 yang sebesar 27,73 juta orang atau 10,96 persen.
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2014 sebesar 8,16 persen, naik menjadi 8,29 persen pada Maret 2015. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari 13,76 persen pada September 2014 menjadi 14,21 persen pada Maret 2015.