REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian menyiapkan manajemen baru pola tanam cabai pada musim kemarau sebagai upaya menjaga ketersediaan stok dan menstabilkan harga cabai.
"Tahun 2016 kita sudah buat manajemen baru untuk tanam cabai, termasuk untuk produksi minimal per bulan," kata Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono Kamino usai membuka Festival Hortikultura 2015 di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu.
Ia mengatakan, dalam penetapan manajemen pola tanam cabai tersebut, pihaknya telah melakukan pemetaan atau mapping pola tanam, agar pasokan tidak berlebih yang berdampak anjloknya harga cabai di pasaran.
Seperti saat ini, harga cabai di pasar hanya mencapai Rp4.000 hingga Rp5.000 per kilogram, bahkan di tingkat petani hanya Rp2.000 per kilogram.
"Kondisi ini tentu sangat merugikan bagi petani, karena harga jual tidak sesuai dengan biaya produksi," ujarnya.
Dia mengatakan, tanaman hortikultura jenis cabai, tomat dan bawang dibutuhkan setiap hari di rumah tangga, sehingga komoditas itu harus tersedia, tetapi tidak boleh berlebihan.
Untuk tahun ini, lanjutnya, pemerintah mulai memprogramkan gerakan tanam cabai musim kemarau untuk diproduksi di musim hujan.
"Ini tentu menjadi tantangan, karena itu program pemerintah adalah membantu ketersediaan air untuk pertanaman pada musim kemarau dan memperkenalkan penggunaan teknologi agar saat musim hujan bunga cabai tidak rontok terlalu banyak," ujarnya.
Sementara, program ini juga menjadi tantangan bagi produsen benih dalam menghasilkan varietas yang tahan ditanam di musim kemarau dan produktivitas tinggi saat dipanen di musin hujan.
Menurut dia, agar harga cabai tidak berfluktuasi tajam, petani harus melakukan pola tanam yang baik sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan produksi di bulan-bulan tertentu.
"Peran dinas pertanian dalam hal ini sangat penting untuk mengajak petani mentaati pola tanam, guna menjaga ketersediaan stok dan harga," katanya.