REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik melaporkan, Angka Ramalan (Aram) produksi beras tahap II sebesar 74,99 juta ton gabah kering giling (GKG).
Angka tersebut menurun dibandingkan Aram I yang ditetapkan sebanyak 75,5 juta ton GKG. Menanggapi hal tersebut, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta agar angka tersebut tidak disebut sebagai penurunan produksi.
"Jangan sampai bilang produkai menurun, dibandingkan dengan Aram I, tapi bandingkan dengan capaian produksi di tahun sebelumnya, bandingkan pula dengan capaian ketika dulu El Nino 1998," kata dia di Kantin Kementan, Senin (2/11).
Jika dibandingkan dengan angka tetap (Atap) BPS pada 2014, produksi padi terdata sebanyak 70,85 juta ton GKG. Capaian Aram II sebanyak 74,99 juta ton tentu lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Apalagi tahun ini produksi diwarnai fenomena El Nino sementara tahun lalu tidak. Penurunan Aram II dibandingkan Aram I disebabkan unsur El Nino yang belum diperhitungkan.
Data Aram II hari ini juga seharusnya dibandingkan dengan capaian produksi pada 1998, ketika Indonesia juga mengalami situasi El Nino yang hampir serupa. Pada 1998, intensitas anomali suhu berkisar 1,8-1,9 derajat celsius. Sementara hari ini, intensitas El Nino 2,13 derajat celsius. Tapi, lanjut Amran, pada 1998 Indonesia impor sebanyak 7,1 juta ton.
Sementara, dengan kekuatan El Nino yang lebih tinggi, pemerintan sampai detik ini belum melakukan impor beras. "Pada 1998 penduduk 200 juta, penduduk saat ini 250 juta, kalau normalnya kita seharusnya impor 8,9 juta ton beras, tapi kita hari ini impor nol," kata dia.
Amran juga menjelaskan terkait opsi cadangan beras dari Vietnam yang berjumlah satu juta ton, ini merupakan antisipasi untuk mengatasi jika El nino berkepanjangan.
"Ada opsi cadangan, ibarat pemain bola, kalo pemain inti tidak cidera mudah-mudahan pemain cadangam tidak turun. Tentu ada pertimbangan sehingga kita ambil opso cadangan. Ini kita jaga inflasi. Mana tau el nino berkepanjangan," ujarnya.
Sebagai informasi, dalam setahun BPS melakukan tiga kali rilis dengan lima status angka produksi tanaman pangan yaitu Aram I, Aram II, Aram II, Angka Sementara (Asem) dan Angka Tetap (Atap). Aram I tahun berjalan dan Asem tahun sebelumnya dirilis setiap awal bulan Maret, Aram II tahun berjalan dan ATAP tahun sebelumnya dirilis setiap Awal bulan Juli. Sementara Aram III tahun berjalan dirilis setiap awal bulan November.
Aram I merupakan angka perkiraan produksi tahun berjalan berdasarkan keadaan luas tanaman akhir bulan Desember tahun sebelumnya. Aram II terdiri dari realisasi produksi Januari–April dan angka perkiraan Mei–Desember berdasarkan keadaan luas tanaman akhir bulan April. Sedangkan Aram III terdiri dari realisasi produksi Januari–Agustus dan angka ramalan September–Desember berdasarkan keadaan luas tanaman akhir bulan Agustus.
Angka tersebut kemudian diperbaharui dengan Asem yang merupakan realisasi produksi Januari–Desember tetapi belum final karena mengantisipasi kelengkapan laporan. Laporan terakhir yakni Atap alias realisasi produksi selama satu tahun dan merupakan angka final.